Mediteriania Diklaim Sebagai Diet Paling Sehat di Dunia

Ilustrasi diet.
Sumber :
  • Pexels/rawpixel.com

VIVA – Banyak pilihan untuk menjalani hidup sehat, dari mulai olahraga hingga menjalani diet. Jenis-jenis diet pun bermacam-macam mulai dari diet Mayo, Ketogenik, Ketofatosis, OCD (Obsessive Corbuzier's Diet) yang dipopulerkan Dedy Corbuzier, hingga DEBM (Diet Enak Bahagia Menyenangkan) yang populer di Facebook belakangan ini. Namun dari segala macam diet tersebut, manakah yang paling sehat?

Zaidul Akbar Ungkap Kesalahan Membuat Madu, Minyak Zaitun dan Habbatusauda Jadi Tak Membuahkan Hasil

Pakar nutrisi Emlia Achmadi menyebut bahwa diet yang paling sehat adalah diet Mediterania. Ia mengatakan bahwa diet Mediterania menjadi yang paling sehat di dunia, karena diklaim mampu mengurangi risiko penyakit jantung dan diabetes. 

"Diet Mediteranian disebut paling sehat di dunia. Komponen besar makanan mereka adalah olive oil (zaitun). Kita tahu bahwa zaitun memiliki lemak jenuh tunggal yang paling tinggi. Lemak baik ini mampu meminimalkan risiko penyakit jantung dan menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah," kata dia saat temu media bersama Bertoli di Plaza Senayan, Jakarta Pusat, Selasa 15 Januari 2019. 

Inilah 7 Makanan Penurun Kolesterol yang Baik untuk Dikonsumsi

Dia melanjutkan, pada dasarnya pola diet  Mediteranian ini fokus pada keseimbangan makro nutrisi yang masuk antara karbohidrat, protein dan lemaknya. Untuk karbohidratnya, pola diet Mediteranian ini tak hanya mengandalkan nasi dan roti saja sebagai sumber protein tetapi juga sayuran dan buah. 

"Mereka mengonsumsi roti tetapi bukan roti yang terbuat dari jenis white bread, karena tepung gandum (itu) telah diolah berkali-kali sehingga komponen serat tidak ada," jelas dia. 

10 Makanan yang Menjadi Favorit Nabi Muhammad SAW

Untuk proteinnya, pada pola diet ini akan menggunakan jenis protein lean (rendah lemak) yang secara natural tidak diolah terlalu banyak dan mengandung lemak yang cukup. Misalnya seperti makanan laut ikan, udang, cumi, dan sebagainya. 

"Jadi mereka mengolahnya dengan sedikit olive oil lalu di-grill, atau dioven. Jadi tidak terlalu banyak dimanipulasi. Jadi diet ini protein sangat berkualitas, dan juga tidak ada tambahan lemak berlebihan," ujarnya. 

Ketiga penggunaan lemak, komponen lemak dalam diet ini menurut Emilia terbilang cukup tinggi, seperti keju. 

"Semua makanan hampir menggunakan olive oil, saat proses menggunakan olive oil, saat disajikan di meja juga biasanya ditambahkan olive oil lagi," kata dia 

Jika dirangkum secara persentase, porsi konsumsi karbohidrat di diet ini adalah sebesar 40-50 persen, protein 20-25 persen dan lemaknya bisa 30-35 persen.

"Sebenarnya ini membuktikan bahwa low fat diet tidak selalu menyehatkan. High diet tidak selalu membahayakan, tergantung dari lemaknya sendiri," kata dia. (rna)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya