Perjuangan Berat Wanita Berbobot 220 Kg

Titi Wati mengalami obesitas hingga berbobot 350 kg.
Sumber :
  • dok. instagram @tvonenews

VIVA – Beberapa waktu belakangan ini, nama Titi Wati tengah hangat menjadi perbincangan publik. Hal ini lantaran wanita asal Kalimantan Tengah tersebut memiliki berat badan hingga 220 kg setelah ditimbang ulang. Sebelumnya dikatakan berat Titi mencapai 350 kg.

Bukan Dilarang, Ini Waktu Terbaik Konsumsi Gula agar Tak Gemuk dan Diabetes

Pada Jumat kemarin, wanita 35 tahun ini akhirnya dibawa ke sebuah rumah sakit Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Titi pun diketahui akan menjalani proses pemotongan lambung atau pengecilan lambung.

Terkait dengan keberhasilan proses penurunan berat badan melalui operasi, dokter spesialis keolahragaan, dr. Michael Michael Triangto menjelaskan perlu kerja keras bukan hanya tim dokter, tetapi juga Titi.

Bukan Susu! 1 dari 4 Balita di Jakarta dan Jawa Barat Konsumsi Kental Manis Setiap Hari, Ini Bahayanya

"Proses operasi itu kan yang dikecilin lambungnya, badannya tetap besar. Nah, setelah operasi itu perjuangannya berat, tidak mudah," kata dia kepada VIVA saat ditemui dalam acara Ulang Tahun ke-30 Mitra Keluarga Grup di Ancol Jakarta Utara, Minggu 13 Januari 2019.

Mengenal Diet Autofagi yang Disarankan Dokter! Turunkan BB, Cegah Kanker Hingga Jaga Kesehatan Jantung

Michael melanjutkan dalam proses penurunan bobot tubuh Titi, dia perlu mengubah pola berpikirnya. Terutama berkaitan dengan pengaturan pola makan yang sudah harus dilakukannya sebelum operasi tersebut.

"Proses penurunan berat badan itu tidak setelah operasi, tetapi juga sebelum operasi. Pertama mindset harus diubah. Bukan diet pada waktu selesai operasi, dia harus diet dari awal (sebelum operasi)," kata Michael.  

Dia menambahkan, "Karena setelah operasi ada bekas operasi, sakit dan sebagainya. Nah, baru makanan akan di-reduce dalam bentuk yang ekstrem. Itu akan menjadi beban yang berlebihan bagi Titi," lanjut dia.

Terkait dengan operasi gastrictomi untuk memperkecil atau memotong lambung, kata dia juga berdampak pada pola makannya. Dia pun mencontohkan kasus pasien yang pernah ditanganinya. Pasien tersebut pernah menjalani operasi gastrictomi di Singapura. Akibat operasi tersebut, pasien tersebut bisa menerima makanan dengan baik.

"(Dia) Makan daging sepotong, makan brokoli sepotong dia nangis, karena dimuntahin semua. Dia berusaha survive, caranya dengan makan es krim satu jar, makan sup kental," kata dia.

Dia pun menyebut belajar dari kasus itu, penting untuk mempersiapkan mental dan mengubah mindset yang telah diungkapnya sebelumnya.

"Karena dia hanya mempersiapkan operasinya saja, mental dan mindset tidak disiapkan," katanya.

Michael pun menyarankan untuk Titi tetap bisa melakukan olahraga ringan. Seperti melakukan gerakan yoga ringan.

"Katanya dia enggak bisa bergerak, tapi dia bisa berhias kelihatan dari mukanya. Kenapa tidak mencoba melakukan peregangan tangan, melakukan gerakan yoga angkat badan. Kalau 350 kilo, otot enggak dipakai jadi kisut mengecil, kalau disiapkan setelah operasi dia tetap baik,"kata Michael.


   

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya