Jangan Sembarangan Ikut Lomba Lari, Ini Bahayanya
- Pixabay
VIVA – Belakangan ini olahraga lari atau maraton tengah populer di Indonesia. Hal ini terlihat dari mulai menjamurnya berbagai kegiatan olahraga seperti fun run yang banyak diikuti terutama oleh kalangan muda.
Namun, di balik menjamurnya olahraga ini, Spesialis Kedokteran Olahraga Rumah Sakit Mitra Keluarga, dr. Michael Triangto, SpKO menyebut bahwa jenis olahraga tersebut termasuk jenis olahraga yang berisiko. Itu mengingat jenis olahraga seperti ini mengandung unsur kompetisi.
"Fun run ada unsur kompetisi ini terkadang berbahaya karena ada orang yang mengejar kemenangan tadi untuk mendapatkan uang atau sekadar medali untuk kemudian selfie. Unsur kompetisi itu yang terkadang melampaui batas-batas kemampuan," kata dia saat ditemui VIVA dalam peringatan hari ulang tahun ke-30 Mitra Keluarga Grup di Ancol, Jakarta Utara, Minggu 13 Januari 2018.
Dia melanjutkan, jika seseorang ingin mengikuti acara seperti itu, ada baiknya melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu. Ini penting untuk mengetahui apakah mereka yang akan melakukan kegiatan tersebut memang sehat dan bisa mengikutinya tanpa risiko yang membahayakan diri.
"Periksa dulu sehat atau enggak. Pada kenyataannya, banyak yang ikut (fun run) tidak sehat karena sudah bayar beli tiket, sudah pesan hotel itu sering terjadi. Dari diri kita benar-benar harus sehat," ujar dia.
Di sisi lain, Michael menjelaskan, jika seseorang yang memang tidak terbiasa melakukan olahraga dan ingin mencoba melakukan hal tersebut, bisa memulainya dengan berjalanan. Sebab, kata dia, berjalan merupakan bentuk mobilisasi manusia yang sehat.
"Kalau jalan sudah biasa nanti tinggal diminta bagaimana jalan cepat lalu hitung denyut nadi. Kalau jalan cepat sudah 'deg deg deg' sudah melewati batas yang diizinkan berarti ada sesuatu dengan jantungnya," ucapnya.
Dia menambahkan, untuk mengetahui olahraga yang sesuai dengan kemampuan, bisa dilihat dari zona latihan. Zona latihan itu bisa diukur dari 60 hingga 80 persen denyut jantung maksimal.
"Hitungnya denyut maksimal 220 dikurangi usia. Misalnya usianya 20 tahun, jadi 220-20= 200 denyutan adalah 100 persen dari denyut maksimal. 60x200= 120, 80x200= 160 kalau mau sehat denyutnya, range dari 120-160," kata Michael.
Dia melanjutkan, jika denyut nadi kurang dari 120 saat berolahraga tidak melatih jantung. Sedangkan kalau denyut melebihi 160, dapat berbahaya.
"Jadi kalau berjalan biasa bisa dilihat belum 120 berarti mesti dipercepat jalannya. Kalau melebihi 160 bukan berhenti tapi diperlambat, harus tetap jaga di range ini," kata dia. (rna)