Kenali Bahaya dan Penyebab Kanker Usus
- Pixabay/Unsplash
VIVA – Mungkin kata kanker kolorektal sedikit asing di telinga masyarakat kita. Kanker kolorektal merupakan salah satu jenis kanker yang tumbuh pada usus besar (kolon) atau rektum. Menurut GLOBOCAN 2018, kasus kanker kolorektal di Indonesia saat ini menempati urutan keempat setelah kanker payudara, serviks dan paru.
Menanggapi fenomena ini, Mochtar Riady Institute for Nanotechnology (MRIN) sebagai lembaga penelitian kanker terdepan di Indonesia memfokuskan penelitiannya di bidang kanker hati dan kolon. Di institusi penelitian yang terletak di Tangerang ini, fokus penelitian dipusatkan pada upaya untuk memahami perkembangan mutasi genetik dan pengaruhnya terhadap pasien kanker.
“Fokus penelitian MRIN adalah kanker hati dan kanker kolon. Hal ini karena keduanya merupakan jenis kanker yang sering ditemui di Indonesia dan seringnya penderita yang didiagnosa sudah dalam stadium lanjut. Selain itu, kanker hati yang disebabkan oleh infeksi Hepatitis B Virus (HBV) atau Hepatitis C Virus (HCV) berkepanjangan juga memiliki prevelensi yang cukup tinggi di Indonesia,” jelas Ivet Suriapranata selaku Principal Investigator di Mochtar Riady Institute for Nanotechnology melalui keterangan tertulis kepada VIVA, Rabu 9 Januari 2019.
Lebih lanjut Ivet menjelaskan bahwa penelitian kanker yang dilakukan di MRIN mencakup bidang genomic (berdasarkan profil gen) dan proteomic, (berdasarkan pada sifat protein). Ivet juga menambahkan bahwa riset yang dilakukan mencakup prediction (prediksi), prevention(pencegahan) dan treatment (pengobatan) atas penyakit kanker.
“Prediction bertujuan untuk mengidentifikasi variasi genetik di gen tertentu yang ada di Indonesia yang berasosiasi dengan kerentanan seseorang terhadap kanker hati dan kanker kolon” katanya.
Sedangkan untuk cakupan pencegahan atau prevention, MRIN meneliti terkait efek obat tertentu yang berkaitan dengan sensitivitas terhadap insulin. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah obat tersebut mampu mengurangi perkembangbiakan sel kanker hati dan kolon baik secara in vitro atau pada kultur sel kanker maupun in vivo atau pada hewan yang diuji coba.
“Sedangkan untuk treatment, kami meneliti potensi infeksi virus terhadap peningkatan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker sebagai alternatif dari pengobatan imunoterapi yang dilakukan dalam pengobatan kanker. Kami berharap hasil penelitian tersebut dapat memberikan kontribusi secara ilmiah untuk memahami terjadinya kanker hati dan kanker kolon, serta upaya pencegahannya,” ujar Ivet.
Sebelumnya menyoroti kasus penderita kanker kolokteral, Dokter Spesialis Bedah dan Ahli Kanker Saluran Cerna (Digestive), Rumah Sakit Kanker Dharmais, Dr. Fajar Firsyada, Sp.B-KBD menjelaskan bahwa banyak pasien yang datang sudah berada di stadium lanjut.
"80 persen datang saat sudah stadium tiga dan empat," kata dia di Menara BTPN Jakarta Selatan, baru-baru ini.
Dia melanjutkan, kanker ini pun juga menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Lantaran, kata dia, kanker usus besar ini bisa menyerang organ dalam tubuh.
"50-60 persen terjadi penyebaran organ yang paling sering kena di hati. Parahnya jika organ hati sudah kena dan tidak tertolong, hati mereka bisa dibuang," jelas Fajar.
Fajar menjelaskan bahwa beberapa makanan yang dapat memicu risiko kanker usus besar antara lain daging merah, makanan daging olahan, makanan yang diawetkan dan makanan yang dibakar.