Imunisasi Belum Maksimal, Indonesia Risiko Tinggi Campak Rubella
- ANTARA FOTO/Ampelsa
VIVA – Kampanye imunisasi campak masih terus digalakkan hingga saat ini. Hingga 31 Desember 2018, kampanye Imunisasi Campak Rubella Fase II baru mencapai 72,79 persen atau lebih dari 23 juta anak di luar Pulau Jawa. Jumlah ini masih belum cukup untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya penyakit campak, rubella dan cacat lahir akibat rubella.
"Dibutuhkan cakupan imunisasi minimal 95 persen agar terbentuk kekebalan masyarakat yang cukup untuk menurunkan kasus campak, rubella dan cacat lahir akibat rubella secara bermakna serta mencegah kejadian luar biasa," ujar Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), dr. Anung Sugihantono, M.Kes, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Senin, 7 Januari 2018.
Anung mengungkapkan, 12 provinsi tersebut, di antaranya Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, Banten, DKI Jakarta, Papua Barat, Lampung, Gorontalo, Bali, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah telah sukses mencapai cakupan lebih dari 95 persen. Namun, masih ada provinsi dengan cakupan kurang dari 50 persen, yaitu Aceh, Sumatera Barat dan Riau.
"Sampai saat ini sejumlah 256 kabupaten atau kota telah berhasil mencapai cakupan melebihi 95 persen, namun masih ada 71 kabupaten atau kota yang mencapai cakupan kurang dari 50 persen," kata dia.
Anung menjelaskan, berdasarkan penilaian risiko penularan campak yang telah dilakukan, diketahui bahwa 24 provinsi masuk dalam kategori Berisiko Tinggi, 9 provinsi Berisiko Sedang dan hanya 1 provinsi Berisiko Rendah.
"Maka harus diwaspadai risiko terjadinya penyebaran penyakit campak dan rubella di masyarakat yang dapat mengakibatkan munculnya cacat lahir akibat rubella dan kejadian luar biasa," kata Anung. (rna)