Ngeri Banget, Ini Akibat Kebiasaan Menggigiti Kuku

Ilustrasi menggigit kuku
Sumber :
  • Pixabay/AdinaVoicu

VIVA – Beberapa orang kerap mempunyai kebiasaan unik, salah satunya menggigiti kuku. Tanpa sadar, mereka sering kali melakukannya saat bekerja, belajar, atau menonton televisi. 

Tanda Kolesterol Tinggi dan Jantung Bisa Terlihat dari Kuku

Menurut penelitian, sekitar 20 hingga 30 persen orang sering menggigiti kuku. Secara medis ini disebut sebagai onychophagia, atau perilaku menggigit kuku sebagai mekanisme mengatasi hal-hal seperti stres, kegelisahan atau kebosanan.

Namun, kebiasaan menggigit kuku ternyata juga berbahaya, karena dapat mengangkut bakteri jahat dari kuku ke mulut atau menciptakan celah bagi bakteri dan jamur untuk menginfeksi tempat kuku Anda. 

Makanan Bikin Glowing Versi Zaidul Akbar, Kuku Berubah Tanda COVID-19

Dalam wawancara dengan majalah Time, dikutip Health24, pakar gangguan kuku Dr. Richard Scher mencatat bahwa area di bawah kuku adalah tempat berkembang biak yang sempurna untuk bakteri seperti salmonella dan E. coli. Bahkan, sebuah studi oleh para peneliti di Universitas Atatürk di Turki menemukan bahwa 76 persen orang yang menggigit kuku mereka memiliki E. coli dalam air liur mereka, dibandingkan dengan 26 persen yang tidak menggigit.

Menelan bakteri seperti E. coli, salmonella dan sejenisnya dapat membuat seorang terjangkit penyakit. Umumnya mereka terkena diare, muntah, kram perut, dan demam.

5 Perubahan Kuku Tanda Pernah Terjangkit COVID-19

Selain itu, menggigiti kuku dan kulit di sekitarnya membuka daerah untuk infeksi seperti paronychia. Paronychia adalah infeksi kulit yang menyebabkan area yang terinfeksi membengkak, diikuti oleh beberapa kemerahan dan nyeri ringan. 

Siapa pun rentan terhadap infeksi ini, yang dapat disebabkan oleh jamur dan bakteri. Gejalanya bisa memburuk dengan cepat ketika disebabkan oleh bakteri.

Paronychia datang dalam dua bentuk, paronikia akut dan paronikia kronis. Paronikia akut tidak berlangsung lama, tetapi dapat menyebabkan abses terbentuk di sekitar kuku. Paronikia kronis dapat berlangsung selama beberapa minggu pada satu waktu dan dapat kembali. 

Paronikia kronis dapat menyebabkan kuku terasa keras dan sedikit berubah bentuk. Dalam skenario kasus yang lebih buruk kuku bisa terpisah dari jari.

Bagi penderita diabetes, paronychia bisa sangat berbahaya. Infeksi dapat menyebar dari kuku ke jaringan tubuh dan tulang. Dalam skenario terburuk, infeksi dapat menyebabkan hilangnya jari tangan dan kaki.

Ilustrasi kuku.

Bahaya Gelombang ke-3 COVID-19, Kolesterol Tinggi Terlihat dari Kuku

Bahaya gelombang ketiga COVID-19 di Indonesia menjadi salah satu berita kanal Lifestyle yang disorot pembaca VIVA sepanjang Jumat, 22 Oktober 2021.

img_title
VIVA.co.id
23 Oktober 2021