Waspada Kanker Kolorektal Lebih Banyak Intai Pria, Apa Sebabnya?
- Pixabay/skeeze
VIVA – Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2018, kanker merupakan penyebab kematian utama di dunia, dengan jumlah kematian diperkirakan sebanyak 9,6 juta pada tahun 2018. Kanker kolorektal termasuk dalam tiga jenis kanker yang paling umum terjadi di dunia, dengan jumlah kasus sebanyak 1,8 juta.
Selain itu, kanker kolorektal juga dikenal sebagai penyebab utama kematian dengan jumlah kematian sebanyak 862 ribu yang membuat kanker kolorektal menjadi kanker nomor dua penyebab kematian. Sedangkan di Indonesia sendiri, data WHO (2014) memperlihatkan bahwa jumlah pria penderita kanker kolorektal sebanyak 15.985 kasus, sedangkan wanita sebanyak 11.787 kasus.
Dengan tingginya insiden kanker kolorektal di Indonesia, maka angka kematian pria di Indonesia akibat kanker kolorektal sebesar 10,2 persen dengan 103.100 kematian, dan wanita sebesar 8,5 persen dengan 92.200 kematian.
Dikutip dari siaran pers Johnson & Johnson, kanker kolorektal adalah jenis kanker yang terdapat pada bagian usus besar (kolon) dan atau pada bagian paling bawah dari usus besar yang terhubung ke anus (rektum). Pada umumnya, kanker kolorektal masih dianggap erat kaitannya dengan penyakit keturunan dan hanya dapat terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
Sebagai salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang saat ini termasuk di antara tiga kasus kanker tertinggi, kurangnya screening kolonoskopi dan perubahan gaya hidup mungkin berkontribusi pada jumlah kasus kanker kolorektal. Tingginya angka kematian oleh kanker kolorektal di Indonesia dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pemeriksaan dini.
Hal tersebut membuat sebagian besar penderita kanker kolorektal di Indonesia mendatangi tenaga kesehatan untuk melakukan pengecekan pada saat sudah dalam stadium lanjut, di mana pada tahap ini tanda dan gejala kanker kolorektal sudah terlihat atau dapat dirasakan.
Adapun tanda dan gejala pada tahap lanjut dari kanker kolorektal adalah pendarahan dari anus (rektum), darah pada tinja atau toilet setelah buang air besar, tinja berwarna kehitaman atau berdarah, perubahan bentuk pada tinja (lebih ramping dari biasanya), kram atau perasaan tidak enak pada perut bagian bawah, konstipasi, dan penurunan pada nafsu makan serta berat badan.
Mengingat tahap awal dari kanker kolorektal tidak memperlihatkan tanda dan gejala hingga tahap lanjut, maka deteksi dini adalah kunci utama atas keberhasilan dari penanganan kanker kolorektal. Dengan terdeteksinya kanker di tahap awal, maka kanker kolorektal dapat di terapi secara efektif.
Selain itu, screening rutin untuk kanker kolon dan kolorektal dengan menggunakan metode kolonoskopi direkomendasikan untuk dijadikan sebagai bagian dari rencana kesehatan untuk orang yang berusia di atas atau di bawah 50 tahun tetapi memiliki faktor risiko yang tinggi atau mereka yang memiliki sejarah keluarga yang menderita kanker kolorektal atau kanker lainnya.(rna)