Tak Bisa Lepas Dari Smartphone, Termasuk Gangguan Jiwa?
- Pixabay/pexels
VIVA – Apakah Anda adalah seseorang yang selalu tidak tenang ketika tidak memegang ponsel sebentar saja? Jika ya, mungkin saja Anda sedang mengalami nomophobia.
Nomophobia adalah singkatan dari no mobile phone phobia. Bagi yang mengalami nomophobia, rasanya tiada hari yang dilewatkan tanpa menggenggam ponsel.
Salah satu ciri yang bisa lihat dari seorang nomophobia adalah sangat cemas atau panik saat mengetahui baterai ponselnya akan segera habis. Ciri lainnya adalah akan terus menyalakan ponselnya sepanjang hari dan selalu memeriksa ponselnya setiap saat.
Tidak hanya itu, nomophobia akan selalu mengisi daya baterai ponsel agar ponsel dapat terus menyala serta membawa ponsel itu ke mana pun pergi. Bahkan saat ke kamar mandi pun ia membawa ponsel. Tidak asing dengan hal tersebut?
Lantas, Apakah nomophobia termasuk salah satu gangguan kejiwaan? Jawabannya tidak, namun ada kecenderungan mengarah ke gangguan kejiwaan jika menimbulkan permasalahan pada tiga hal di tubuh.
"Nomophobia belum masuk ke gangguan kejiwaan tetapi efeknya bisa berkaitan dengan gangguan kejiwaan jika menimbulkan masalah pada fisik, psikis, dan sosial. Jika efeknya belum menganggu tiga hal itu, belum termasuk ke gangguan jiwa," ujar spesialis kesehatan jiwa, dr Iman Firmansyah, SpKJ dalam tayangan AYO HIDUP SEHAT yang tayang di tvOne, Senin 3 Desember 2018.
Istilah ini pertama kali muncul dalam suatu penelitian tahun 2010 di Britania Raya oleh YouGov yang meneliti tentang kegelisahan yang dialami di antara 2.163 pengguna telepon genggam. Studi tersebut menemukan bahwa 58 persen pria dan 47 persen wanita pengguna telepon genggam yang disurvei cenderung merasa tidak nyaman ketika mereka kehilangan telepon genggam, kehabisan baterai atau pulsa, atau berada di luar jaringan, dan 9 persen selebihnya merasa stres ketika telepon genggam mereka mati.
"Nomophobia sama-sama dialami oleh pria mau pun wanita. Yang paling rentan adalah usia remaja karena pengaruh gaya hidup," jelasnya.