Benarkah Epilepsi Terjadi Hanya Karena Faktor Genetika?
- Pixabay/pexels
VIVA – Epilepsi atau gangguan pada sistem saraf otak manusia masih dialami oleh jutaan orang di dunia. Menurut International League Against Epilepsy, ada 60 juta orang yang hidup dengan epilepsi. Di Indonesia sendiri, ada sekitar 1,8 juta orang dengan epilepsi.Â
Selain tantangan pengobatan dari dunia medis, masih kerap timbul stigma di masyarakat mengenai penyakit ini. Belum lagi dengan mitos - mitos di masyarakat yang kerap beredar.
Salah satu mitos yang paling sering beredar ialah bahwa epilepsi hanya terjadi karena bawaan lahir atau genetika. Lantas, benarkah anggapan yang demikian?
"Hal yang perlu diketahui, epilepsi itu adalah penyakit neurologi menahun, yang dapat terjadi pada semua orang, tanpa batasan usia, jenis kelamin, ras ataupun status sosial ekonomi," kata dr dr Irawati Hawari, SpS, dokter saraf dari Rumah Sakit Umum (RSU) Bunda Menteng.
Ia menjelaskan, bahwa banyak faktor berperan yang menjadi penyebab dari epilepsi. Sebab itu, untuk mengetahuinya, harus dicari tahu secara runut mulai dari proses kandungan dan juga proses kelahiran.Â
"Atau bisa juga remaja karena trauma kepala, jatuh dari motor. Jadi jatuh dari motor itu bisa menyebabkan epilepsi, atau di usia lebih lanjut karena stroke di operasi ada bekasnya atau tumor juga bisa membuat seorang menjadi kejang," kata ira ditemui di acara Kick Off Perayaan Anniversary #46YearsofSavingLife, BundaMedik Healthcare System, di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Jumat 30 November 2018.Â
Selain itu faktor penyebab lainnya juga bisa terjadi karena penggunaan narkoba. Sementara itu untuk faktor genetika sendiri memang berpengaruh. Namun, menurut Ira, presentasinya sangatlah kecil.Â