Solusi Generasi Sandwich Menghadapi Stres
VIVA – Dengan himpitan dari dua generasi, yakni generasi orang tua dan generasi sang anak, membuat generasi sandwich rentan mengalami stres. Bahkan sebuah riset dari American Psychology Assosiation mengungkap bahwa 2 dari 5 laki-laki dan 40 persen perempuan generasi sandwich merasakan stres berat.
Hal tersebut bisa berdampak pada kondisi fisik, psikis dan juga tentunya finansial. Tapi bukan berarti tidak ada cara mengurangi himpitan yang membuat stres itu. Ini juga dirasakan langsung oleh Danesya Juzar, ibu dua anak dan pendiri komunitas Productive Mamas.
Awal memiliki anak, ia merasa harus menjadi sosok ibu sekaligus istri yang ideal yakni harus mampu mengerjakan semua tanggung jawabnya sendiri Mulai dari memandikan anak, membersihkan rumah, memasak makanan buat suami, ditambah dengan kewajibannya untuk memberi perhatian dan merawat orang tuanya.
"Lambat laun saya merasa 'idealisme' tersebut justru menguras fisik dan mental. Lebih-lebih ketika ada kejadian tak terduga seperti anak atau orangtua sakit, atau mesin cuci tiba-tiba rusak padahal baju kotor sedang menumpuk. Saya merasa semakin terpuruk karena merasa gagal," ungkap Danesya, di acara Beko Appliances, di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat 9 November 2018.
Namun hal ini sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan jika mengetahui solusinya Ditemui di tempat yang sama, Pakar Psikologi dari Universitas Indonesia, Vera Itabiliana, memberikan solusi bagi generasi sandwich dalam menghadapi masalah.
"Menciptakan lingkungan pendukung yang dapat diandalkan menjadi kunci untuk membantu meringankan tekanan yang dihadapi generasi sandwich," mata Vera
Salah satunya dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada di kediaman. Sumber daya ini tidak harus pasangan, asisten rumah tangga, atau sopir dan sebagainya.
"Bahkan, alat bantu seperti peralatan rumah tangga, juga bisa diposisikan bagian dari lingkungan pendukung yang dapat diandalkan tadi," kata dia.