Awas, Membunyikan Leher Bisa Picu Saraf Kejepit
- Pixabay/Barbora Chalupova
VIVA – Jepitan saraf leher dapat terjadi karena adanya riwayat cedera leher, tetapi seringkali terjadi secara spontan tanpa diketahui penyebabnya secara jelas. Salah satu pemicu saraf kejepit pada leher ternyata hal yang sering dilakukan, yaitu menghentakkan leher hingga berbunyi 'krek'.
Jepitan saraf leher atau yang dikenal sebagai cervical disc herniation adalah kondisi di mana isi dari bantalan tulang leher bocor keluar sehingga menjepit saraf leher. Jepitan saraf leher umumnya terjadi pada orang berusia 30 hingga 50 tahun, namun dapat terjadi juga pada usia yang lebih muda maupun lebih tua.
"Gerakan berulang yang salah seperti sering menghentakkan leher ke kanan atau kiri dan dilakukan be?ulang, itu gerakan berbahaya tapi orang tidak merasa apa-apa. Padahal gera?an itu yang membuat 70 persen kasus saraf kejepit di leher terjadi," ujar Spesialis Saraf RS Siloam Kebon Jeruk, dr. Phedy, Sp.OT-K dalam temu media di kawasan Kebon Jeruk, Jakarta, Jumat 26 Oktober 2018.
Hentakan yang tiba-tiba tersebut membuat beban berlebih pada bantalan di leher. Pada bantalan leher yang kondisinya sudah tidak berfungsi dengan baik, membuat saraf kejepit di leher berpotensi semakin besar.
"Bantalan di leher sifatnya membal (dapat kembali ke bentuk semula). Kalau bantalannya masih bagus, leher masih bisa bergerak seperti biasa. Tapi ketika bantalan sudah rusak, akan permanen kerusakannya," kata dia.
Phedy menegaskan agar gerakan menghentakkan leher tersebut bisa diminimalisir atau bahkan dihindari sama sekali. Jika tetap ingin melakukan peregangan pada leher, sebaiknya bukan gerakan menghentak dan tiba-tiba.
"Pelan saja digerakan sehingga leher siap menerima itu, miringkan ke kiri dan ke kanan secara perlahan. Memijat leher juga tidak berpengaruh pada kasus saraf kejepit ini. Intinya jangan menghentak leher apalagi sampai bunyi krek," tuturnya. (ld)