Hindari Serangan Jantung Saat Olahraga Ini Cara Manual Hitung Denyut
- Pixabay/sbtlneet
VIVA – Serangan jantung bisa muncul tanpa gejala. Selain itu banyak kasus yang terjadi juga cukup mengejutkan, karena seseorang yang rajin berolahraga justru meninggal dunia setelah melakukan olahraga.Â
Bukan tanpa sebab, ternyata melakukan olahraga yang tak tepat justru bisa membuat detak jantung bergerak cepat sehingga menyebabkan serangan jantung. Olahraga sebenarnya dibagi dua, yaitu kardio dan beban, di mana kedua olahraga ini memerlukan tubuh yang sehat.Â
Memperlakukan seseorang yang berolahraga juga tidak bisa disamakan, seperti misalnya orang tua yang melakukan olahraga kardio, tentu intensitasnya tidak mungkin sama dengan mereka yang masih berusia 20an.Â
Untuk mencegah terjadinya serangan jantung saat olahraga, hal yang perlu diperhatikan adalah denyut jantung. Normalnya detak jantung manusia saat sebelum melakukan aktivitas adalah antara 60 hingga 100 bpm (denyut per menit). Jika setelah melakukan aktivitas seperti olahraga, maksimal 80 persen dari maksimal detak jantung.Â
Beruntung jika memiliki jam tangan pintar yang bisa mengukur detak jantung, tapi bagi yang belum punya, ada cara sederhana mengetahuinya. Seperti disampaikan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Kardiovaskular RS Awal Bros Tangerang, dr. Yudistira Panji Sentosa, SpPD-KKV, dalam jumpa pers Diet & Olahraga Yang Salah Sebabkan Serangan Jantung, di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa 2 Oktober 2018.
"Setelah olahraga target (denyut jantung) maksimal 80 persen dari maksimal denyut jantung. Untuk cara hitung manual yaitu dengan cara 220 dikurangi usia, dicari persentase dari 80bpm, itu yang menjadi batasan maksimalnya."
Yang perlu diperhatikan lagi adalah jangan melakukan olahraga tiba-tiba, melainkan lakukan pemanasan terlebih dahulu, kemudian pendinginan setelah selesai. "Prinsip dasarnya dilatih, jangan dipaksa jantungnya nanti down."
Sebagai informasi, denyut jantung maksimum adalah denyut jantung tertinggi yang dicapai selama latihan maksimal.Â