Facial atau Tranfusi Darah yang Lebih Rentan Tularkan HIV?

Ilustrasi virus.
Sumber :
  • www.pixabay.com/typographyimages

VIVA – Perawatan facial disebut-sebut berpotensi menularkan penyakit berbahaya seperti HIV. Hal ini menjadi cukup mengkhawatirkan karena sebuah testimoni dari pasien HIV yang mengaku positif lantaran rutin menjalani facial.

1.000 Napi HIV Diusulkan Dapat Amnesti dari Presiden Prabowo

Nyatanya, jarum yang digunakan saat facial belum terbukti memicu penyebaran penyakit HIV. Apalagi, ada hal lain yang lebih besar berpeluang memicu penularan penyakit tersebut.

"Enggak semua ketusuk jarum langsung kena HIV. Kalau transfusi darah, karena semuanya langsung ditumpahkan ke dalam tubuh, virus pasti langsung masuk dan menularkan penyakit," ujar spesialis penyakit dalam, Prof DR Dr David Handojo Muljono, SpPD di kawasan Jakarta Timur, Kamis 27 September 2018.

Kenali Penyakit Sifilis, IDI Botawa Berikan Informasi Pengobatan yang Tepat

Sama halnya dengan pemasangan tato, meski lebih berisiko menularkan penyakit, namun lebih berpeluang besar dari facial. Karena itu pada kasus penularan HIV melalui facial, perlu diobservasi lebih lanjut terkait riwayat kesehatannya.

"Penularan paling berisiko itu melalui hubungan seks, lalu jarum suntik narkoba, dan plasenta dari ibu ke janin. Jadi (kalau penularan karena facial) perlu diobservasi riwayat kesehatannya itu," kata pakar hematologi, Prof. DR. Zubairi Djoerban, Sp.PD, KHOM (K).

Angka Kasus HIV/AIDS di Indonesia Tinggi, Kapan Seseorang Perlu Tes HIV?

Adapun pemakaian alat sekali pakai di bagian perawatan facial perlu diteliti lebih lanjut oleh para konsumen. Pada beberapa perawatan yang kontak dengan darah, sebaiknya peralatan yang digunakan tidak dipakai bergantian.

"Kalau ada kontak dengan darah termasuk proses facial dengan mengeluarkan jerawat, harus peralatan yang disposable atau sekali pakai. Kalau dipakai bergantian, jangan mau," kata dia.

Ilustrasi HIV/AIDS.

Kelompok Usia 20-24 Tahun, Tempati Jumlah Pengidap HIV/AIDS Terbanyak Kedua di Indonesia

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) 2022 mencatat, kelompok usia 20-24 tahun menempati jumlah pengidap HIV/AIDS kedua terbanyak di Indonesia hingga mencapai 16,1 persen

img_title
VIVA.co.id
20 Desember 2024