Alasan Penderita HIV/AIDS Setop Konsumsi Obat

Ilustrasi AIDS
Sumber :
  • AIDS

VIVA – Sejak pertama kali ditemukan di Indonesia, penderita HIV/AIDS mendapat stigma buruk yang melekat pada dirinya. Menderita penyakit ini, seolah menjadi hukuman mati bagi penderitanya.

400 Kasus Baru HIV Setiap Tahun Ditemukan di Jayapura Papua

Sayangnya, dari tahun ke tahun stigma buruk tersebut tak juga luntur. Bahkan, meski diperingati setiap 1 Desember, pengetahuan masyarakat tentang HIV atau AIDS dianggap belum cukup banyak.

Berdasar survei yang dilakukan di sebuah daerah, hanya 20 persen yang memiliki pengetahuan dasar tentang HIV/AIDS, sehingga stigma negatif terus menempel pada penderita.

Kelompok Usia 20-24 Tahun, Tempati Jumlah Pengidap HIV/AIDS Terbanyak Kedua di Indonesia

Padahal, penderita HIV atau AIDS tak mudah untuk menularkan penyakit yang mereka derita. Selain itu, tak ada yang menghalangi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk berkarya selama mereka terus mengonsumsi obat.

Dengan menjalani terapi Anti Retroviral (ARV), orang yang terinfeksi virus HIV tetap bisa memiliki umur panjang, sehat dan produktif. Terapi ARV secara teratur sangat penting bagi mereka yang positif HIV karena menekan jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh, sekaligus menjaga kekebalan tubuh. Konsumsi obat ini juga mencegah munculnya gejala AIDS, serta penularan pada orang lain.

1.000 Napi HIV Diusulkan Dapat Amnesti dari Presiden Prabowo

Konsumsi obat seumur hidup tentu saja bukan tugas mudah bagi ODHA, ada banyak faktor penyebab mereka memutuskan berhenti mengonsumsi. Beberapa di antaranya, disebabkan stigma negatif dari masyarakat yang masih melekat pada penderita HIV/AIDS.

"Pertama, bosan, kebanyakan sih bosan. Padahal, kalau bosan (berobat) harus diulang lagi obatnya," kata Kasubdit HIV/AIDS dan PIMS Kementerian kesehatan RI, dr. Endang Budi Hastuti, yang ditemui usai Lokakarya Jurnalistik 'Peliputan Berorientasi Indonesia Tanpa Stigma', Bandung, Jawa Barat, Rabu 26 September 2018.

Alasan kedua, adalah efek samping obat, seperti pusing, mual, mimpi buruk, tapi efek ini lebih kecil dengan obat yang baru sekarang. Selain itu faktor transportasi, tergoda mencoba alternatif, dan takut ketahuan teman kerja.

Berdasar survei yang dilakukan pada penderita HIV/AIDS yang telah menjalani pengobatan, dari 301.959 yang mengetahui status mereka sebagai ODHA, 180.843 orang melakukan pengobatan, namun hanya 15 persen atau sekitar 96 ribu orang saja yang masih menjalani pengobatan rutin.

Ilustrasi HIV/AIDS.

Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHIV Masih Tinggi di Indonesia, Pakar: Bisa Pengaruhi Penyebaran Virus

HIV masih menjadi momok menakutkan bagi sebagian orang. Hal itu dikarenakan kurangnya edukasi dan pemahaman sehingga membuat Orang Dengan HIV (ODHIV) dapat diskriminasi.

img_title
VIVA.co.id
18 Januari 2025