36 Persen Keracunan Pangan dari Makanan Rumahan
- Pixabay/pexels
VIVA – World Health Organization (WHO) merilis penyakit bawaan pangan yaitu penyakit yang menular atau keracunan yang disebabkan oleh mikroba atau agen yang masuk ke dalam badan melalui makanan yang dikonsumsi. Penyebabnya sendiri sangat beragam, termasuk dari makanan yang diolah di rumah tangga.
Kejadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia cukup bermacam-macam seperti difteri dan Demam Berdarah Dengue. Namun, berdasarkan dara PHEOC P2P Kemenkes tahun 2017, kasus KLB akibat keracunan pangan ternyata memiliki proporsi cukup besar yaitu 23 persen.
"Kejadian KLB keracunan pangan ini paling besar yaitu 36 persen berasal dari makanan rumah tangga, 33 persen tidak diketahui, 12 persen jasaboga, 9 persen jajanan sekolah, 7 persen jajanan, dan 3 persen makanan kemasan. Data ini menunjukkan bahwa edukasi level rumah tangga sangat penting," ujar Dirjen Kesmas Kemenkes RI, dr. Kirana Pritasari MQIH, dalam peringatan Hari Kesehatan Lingkungan Sedunia, di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Rabu 26 September 2018.
Penyebab utamanya sendiri berasal dari cara pengolahan yang dilakukan. Ini seringnya terjadi karena porsi makan yang lebih besar pada momen-momen tertentu di rumah.
"Kalau porsi sedikit, sangat minim risiko keracunan makanan. Tapi, ketika di rumah tangga ini ada momen khusus seperti hajatan, biasanya akan memasak besar dan dia belum tentu bisa menemui persyaratan masak yang baik seperti di katering-katering besar," ungkap Pakar IPB, Prof Dr Ir Harsi Dewantari di tempat yang sama.
Makanan porsi yang dibiarkan selama berjam-jam di suhu ruangan dan tingkat kematangan yang belum tentu tepat, membuat masakan rumah tangga ini cepat terkontaminasi bakteri perusak makanan bahkan penyebab penyakit. Apalagi, 40 persen tangan dan napas manusia, menjadi pembawa bakteri stafilokokus.
"Salmonela dan stafilokokus menjadi contoh bakteri yang sering mengkontaminasi makanan. Sehingga, penyuluhan pada Ibu Rumah Tangga terkait pengolahan bahan makanan secara tepat, harus dilakukan," kata Prof Harsi.