Ada 3 Miliar Perokok di Dunia, Paling Banyak di Negara Berkembang
- pixabay
VIVA – Pertemuan The 12th Asia Pasific Conference on Tobacco or Health (APACT12th) resmi dibuka. Forum yang dilangsungkan di Nusa Dua, Bali selama tiga hari itu dihadiri para stakeholder anti-rokok.
Pada acara yang mengambil tema 'Tobacco Control for Sustainable Development: Ensuring a Healthy Generation' itu, Chairperson of APACT12th Indonesia, Arifin Panigoro menegaskan jika rokok merupakan produk berbahaya bagi generasi muda dan produktif. Penggunaan tembakau, Arifin melanjutkan, menimbulkan risiko bagi kesehatan anak, perempuan dan negara.
"Ada 3 miliar perokok di dunia dan terbesar di negara berkembang. Maka konferensi ini amat penting untuk pengendalian penggunaan tembakau," kata Arifin di Bali, Kamis, 13 September 2018.
Di sisi lain, Menteri Kesehatan Indonesia, Prof Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek menjelaskan, jumlah perokok usia 15-19 tahun di Indonesia terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Tahun ini jumlahnya meningkat dua kali lipat atau sebesar 50,5 persen jika dibandingkan pada tahun 2016.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menekan hal itu. Salah satunya adalah melalui penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dan pelarangan iklan rokok di ruang publik.
"Beberapa pemerintah daerah sudah melakukan kontrol. Jakarta, Kulonprogo, Bogor adalah contoh kota yang telah melarang iklan rokok di ruang publik," ujarnya.
Menurut dia, bonus demografi yang didapat Indonesia bisa berubah menjadi bencana manakala anak-anak sudah mulai mengenal rokok. "Kita harus fokus pada anak-anak kita dan para pemuda harus bersuara soal ini," papar dia.
"KTR saya dorong itu diberlakukan oleh pemerintah daerah di seluruh Indonesia, karena itu penting. Perokok pasif harus diproteksi. KTR ini dibuat untuk melindungi perempuan dan anak. Saat ini 309 dari 514 kota telah menerapkan KTR," ujarnya.