Vaksin Mengandung Merkuri Penyebab Autisme Anak, Mitos atau Fakta?
- ANTARA FOTO/Rosa Panggabean
VIVA – Selain isu halal haram yang masih menyelimuti isu vaksin, terutama vaksin MR, simpang siur informasi terkait kandungan vaksin pun masih sering terjadi. Salah satunya vaksin dituding mengandung senyawa timerosal atau merkuri organik yang selama ini disebut-sebut sebagai penyebab autisme pada anak. Benarkah?
Corporate Secretary Biofarma, Bambang Heriyanto mengatakan bahwa timerosal memang berfungsi sebagai pengawet vaksin, timerosal juga efektif dalam membunuh bakteri dan jamur.Â
Zat ini digunakan terutama di kemasan vaksin multidosis untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme. Namun ia bersikeras bahwa zat ini tentu tidak berbahaya bagi tubuh.
"Merkuri dalam vaksin ini jangan disamakan dengan logam berat, timerosal dalam vaksin ini hasil metabolisme etil merkuri. Zat ini tidak akan terakumulasi dalam tubuh karena cepat dimetabolisme dan dapat dikeluarkan melalui urin," katanya saat Focus Group Discussion Indonesia Halal Watch, di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu 12 September 2018.Â
Bambang menjelaskan, zat etil merkuri ini sering tertukar dengan metil merkuri yang merupakan zat berbahaya bagi tubuh. Metil merkuri bersifat neurotoksik dan nefrotoksik serta dapat menyebabkan gangguan perkembangan.Â
"Asi juga mengandung merkuri di beberapa penelitian, seafood kandungan merkurinya lebih tinggi dibanding imunisasi. Hanya saja tadi banyak yang tertukar antara etil merkuri dan metil merkuri," kata Bambang.Â
Sementara itu, seperti dikutip dari website resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Piprim B. Yanuarso, Sp.A(K) mengatakan bahwa pada bayi usia 6 bulan yang telah diimunisasi rutin, jumlah kadar merkuri dalam vaksin yang diterima adalah 1,25 mcg/kgBB/minggu.
"Angka tersebut masih sangat aman, melihat batas maksimal kadar merkuri yang diperbolehkan oleh EPA (Environmental Protection Agency) dan WHO (Wolrd Health Organization) adalah 34 mcg/kgBB/minggu dan 159 mcg/kgBB/minggu secara berurutan," kata Piprim.
Seperti diketahui juga, pada tahun 90-an, timerosal sering dikaitkan dengan kejadian autisme. Adanya isu tersebut berakhir dengan ditariknya timerosal dari komposisi vaksin. Namun ternyata, setelah penarikan timerosal tersebut jumlah kasus autisme tetap tinggi dan cenderung meningkat.Â
Hal ini menandakan tidak adanya data yang cukup kuat untuk menyimpulkan apakah ada atau tidak hubungan timerosal dengan autisme.