Benar Enggak Sih Kerokan Bisa Obati Masuk Angin?
- tvOne
VIVA – Masuk angin atau rasa tidak enak badan sering dialami banyak orang. Biasanya si penderita memilih melakukan pengobatan tradisional hingga minum obat.
Kebanyakan orang menganggap kondisi seperti tubuh pegal, perut kembung atau terasa penuh, sering buang angin, mual, batuk, flu, merasa kedinginan dan demam sebagai masuk angin. Penyebab masuk angin pun beragam, sehingga cara penanganannya juga bervariasi. Salah satu cara yang sering dilakukan adalah dengan kerokan.
Soal kerokan, apakah benar bisa mengobati masuk angin, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menjelaskannya dalam acara Ayo Hidup Sehat di tvOne, Selasa, 28 Agustus 2018. Menurut dokter penyakit dalam dan konsultan pencernaan ini, tak ada istilah masuk angin di dunia medis.
Kendati demikian, dia menuturkan, banyak pasien yang datang mengaku masuk angin, seperti mengalami kelelahan, badan pegal, perut kembung hingga gejala flu, seperti batuk dan pilek. "Kalau pasien datang dan bilang masuk angin, kami akan klarifikasi dahulu, apa yang dirasakan," katanya.
Sebab, bisa jadi keluhan yang dianggap masuk angin tersebut justru tanda penyakit lain. Misalnya, serangan jantung yang punya tanda menyerupai masuk angin, seperti nyeri dada hebat, mual dan muntah.
Karena itu, masuk angin yang diderita harus diklarifikasi terlebih dahulu untuk mencari pengobatan yang tepat. Jika kelelahan, contohnya, maka pasien harus beristirahat atau mengonsumsi vitamin.
Meski demikian, dia tidak melarang orang yang merasakan kondisi seperti masuk angin untuk melakukan kerokan. Karena beberapa orang, kata dia, merasa nyaman dikerok ketika tubuhnya tidak enak. Dan memang berdasarkan penelitian, proses kerokan merangsang zat endorfin yang membuat seseorang merasa nyaman.
"Silakan saja (kerokan). Prinsipnya masyarakat kita sudah memegang kepercayaan kerokan bisa membuat lebih enak tapi enggak bisa generalisasi bagian dari pengobatan. Kalau itu menjadi solusi, lakukan tapi kalau tindakan itu malah memberi efek samping tidak baik, jangan diteruskan," katanya.
Namun, Ari mengingatkan untuk berhati-hati ketika melakukan kerokan. Sebab, pada sebagian orang dengan kelainan darah atau pembuluh darah di bawah kulit yang mudah pecah, proses kerokan justru bisa menyebabkan pembuluh darah makin banyak yang pecah dan berujung pada infeksi.
"Selain itu, perhatikan alat yang digunakan. Misalnya, jangan pakai koin berkarat dan ditukar-tukar dengan orang lain karena bagi orang yang pecah pembuluh darahnya bisa menularkan (penyakit) ke lainnya. Pakai koin khusus untuk diri sendiri," tutur Ari. (ld)