Membayar 'Utang' Tidur di Akhir Pekan, Sehatkah?
- Pixabay
VIVA – Selain bangun siang, akhir pekan menjadi saat yang tepat membayar waktu tidur yang berkurang selama hari kerja. Tapi apakah kebiasaan ini benar-benar bisa membayar berkurangnya waktu tidur Anda, masih menjadi perdebatan.
Menurut peneliti tidur dan psikolog, yang mendiskusikan hal ini dalam acara The Conversation, Choi Moi Chow, melengkapi kekurangan waktu tidur saat akhir pekan bisa dilakukan. Namun, bukan artinya Anda bisa memenuhi kekurangan waktu tidur dalam jumlah jam yang sama.
Sayangnya, ini artinya memori yang dibentuk pada hari-hari di mana tidur berkurang bisa dikompromosikan, yakni sebagai memori yang tidak stabil menjadi memori stabil selama tidur dalam. Tapi, hal itu tidak akan terjadi jika peluang untuk tidur dalam hilang di malam itu.
Ahli saraf Leonie Kirszenblat juga mengatakan kalau kita mampu mendapatkan kembali waktu tidur yang hilang, karena sesuatu yang disebut dengan 'tekanan tidur'.
Menurut Kirszenblat, tekanan tidur memberitahukan otak bahwa Anda tidak mendapatkan cukup tidur, yang kemudian bisa menyebabkan perubahan psikologis.
Tapi, seperti yang didiskusikan oleh Chow, Kirszenblat menyebutkan bahwa kurang tidur berdampak pada kemampuan Anda untuk mengingat, yang tidak bisa disembuhkan dengan tambahan waktu tidur selama akhir pekan.
"Tidur juga membantu untuk mengeluarkan protein racun yang berkaitan dengan gangguan neurodegeneratif," ujar Kirszenblat seperti dilansir laman The Independent.
Seorang peneliti tidur, Siobhan Banks, juga setuju dengan hal ini, tapi semakin lama kita tidak tidur, semakin sulit jadinya.
Namun, peneliti tidur Gemma Paech dan psikolog Melinda Jackson berargumen bahwa membayar hilangnya waktu tidur tidaklah sesederhana membatalkan semua rencana akhir pekan untuk tidur seharian.
Paech mengatakan, hilangnya waktu tidur bisa terakumulasi seiring waktu, sehingga memengaruhi kesehatan seluruh tubuh. Dan, tidur di akhir pekan bisa menyebabkan lebih banyak keburukan karena kebiasaan ini bisa memengaruhi sistem waktu sirkadian, jam internal tubuh yang memicu 'kelelahan sosial'.
Jackson juga mengakui bahwa dampak merusak dari memperbaiki kekurangan waktu tidur bisa memengaruhi jam biologis kita.
"Siklus tidur-bangun kita didasarkan pada ritme 24 jam, ketika kita bergerak ke siklus selanjutnya, jam biologis kita akan melakukan pengaturan ulang," ujar Jackson.
Menurut Jackson, otak kita memiliki kemampuan memberikan respons terhadap kekurangan tidur dan menyesuaikan intensitas tidur, dan jika kita melakukannya sendiri adalah hal yang tidak perlu.
Menariknya, sebuah studi baru-baru ini yang dilakukan oleh para peneliti di Stress Research Institute di Stockholm University menemukan bahwa semakin tingginya angka kematian terkait dengan kurangnya waktu tidur. Tapi, tidur tambahan yang dilakukan pada waktu akhir pekan bisa menangkal efek negatif dari kurang tidur selama sepekan.
Studi itu juga menemukan bahwa terlalu banyak tidur, atau lebih dari delapan jam semalam, bisa berhubungan dengan tingginya angka kematian.
Meski mungkin saja menangkal efek samping negatif dari kurang tidur saat akhir pekan, seperti berkurangnya fungsi otak atau angka harapan hidup, tapi area lain seperti memori yang dikompromikan tidak bisa diperbaiki.