KB IUD Minimalisir Risiko Kematian Ibu
- Pixabay.com/cynthia_groth
VIVA – Saat ini, 61 persen jenis kontrasepsi yang digunakan para wanita cenderung bersifat jangka pendek. Ini tidak hanya memberi efek hormonal, namun juga memberi risiko kematian ibu lebih besar.
"KB usai persalinan banyaknya menggunakan suntik atau pil. Itu jenis kontrasepsi hormonal dengan efek samping yang cukup tinggi," ujar Direktur Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan RI, Eni Gustina, MPH., saat ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu.
Kontrasepsi jangka pendek ini, tentu berpeluang menimbulkan kehamilan yang tak diinginkan. Hal ini bisa berdampak pada jarak kelahiran yang pendek, dan memperbesar risiko kematian pada ibu.
"Risiko kematian terendah pada ibu dengan jarak kelahiran 4-5 tahun. Untuk itu, ibu-ibu diedukasi menggunakan IUD agar bisa mengatur jarak antar kehamilannya," kata dia.
Untuk menurunkan angka kematian ibu, Eni mengatakan bahwa puskesmas telah menyediakan pemeriksaan antenatal care dengan standar 10 T yaitu timbang, status gizi, tekanan darah, tinggi fundus uteri, denyut jantung janin, imunisasi tetanus, tablet zat besi, tes laboratorium, tata laksana kasus, dan temu wicara. Selain itu, timnya juga berencana membuat standar khusus dalam jarak antar kehamilan.
"Butuh pendampingan dan supervisi, serta pengawasan bidan dalam menjalankan standar ini. Dengan standar yang akan dibuat, rencana target aksi nasional mencapai 70 per 100 ribu kelahiran di tahun 2030 mendatang," jelasnya.