Ada Kasus DBD, Perlukah Langsung Difogging?
- VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar
VIVA – Tiap kali muncul satu kasus demam berdarah, respon masyarakat yang seringkali muncul ialah meminta pemerintah setempat untuk melakukan fogging di daerah tersebut. Respon ini seringkali muncul karena kekhawatiran masyarakat akan makin banyak yang tertular.
Tapi benarkah pemahaman yang demikian? Menurut Kasubdit Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik, Kementerian Kesehatan, Dr. Suwito, pemahaman akan fogging di masyarakat perlu diluruskan. Suwito menjelaskan, tidak setiap kasus demam berdarah yang muncul perlu langsung dilakukan fogging.
"Padahal harus dilakukan penyelidikan dan survei terlebih dahulu, apakah penularan di daerah itu ada atau tidak. Tapi kalau penderitanya dari luar dan di daerah itu tidak ditemukan nyamuk bukan menjadi solusi," ungkap Suwito saat ditemui dalam Dengue Media Briefing, Selasa 17 Juli 2018.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh, Global Vector Control & Public Health Advisor untuk International SOS, Dr. Michael Bangs, G, dalam acara yang sama. Menurutnya, fogging adalah usaha yang reaktif dan tidak menyentuh pada akar masalah. Sementara untuk efektivitas dari fogging sendiri Michael mengatakan bahwa hal itu tergantung dari bagaimana fogging itu dilakukan.
"Semua tergantung, dan fogging itu sifatnya hanya sementara, jadi sebetulnya tidak terlalu efektif," kata dia.
Menurutnya cara terbaik untuk mengatasi demam berdarah ialah dengan menekan pertumbuhan dari nyamuk demam berdarah itu sendiri. Salah satunnya dengan program Satu Rumah Satu Jumantik.
"Karena mencegah itu akan lebih mudah daripada mengobati," kata dia menambahkan.