RS Dharmais Bakal Punya Teknologi Terapi Kanker Tercanggih
- Diza Liane Sahputri - VIVA.co.id
VIVA – Kanker diketahui menjadi penyakit yang jumlah penderitanya meningkat dari tahun ke tahun. Dari data Rumah Sakit (RS) Kanker Dharmais, diketahui dalam satu hari ada 800-1.000 pasien yang datang untuk rawat jalan.
Sementara untuk perawatan di ruangan, ada 80 persen dari jumlah 600.000 tempat tidur yang tersedia di rumah sakit tersebut. Pasien untuk tindakan kemoterapi mencapai 250-300 orang setiap hari, begitu pun dengan radioterapi yang jumlahnya hampir sama.
"Dengan angka seperti itu, beban rumah sakit menjadi berat di seluruh Indonesia," ujar Direktur Utama RS Kanker Dharmais, Prof. Dr. dr. H. Abdul Kadir, Ph.D, SpTHT-KL(K), MARS, dalam sebuah acara di Jakarta, Rabu 12 Juli 2018.
Dengan membludaknya jumlah pasien, tentu inovasi dalam bidang teknologi dan pelayanan sangat dibutuhkan. Selain untuk meningkatkan mutu, juga efisiensi waktu yang dikeluarkan pasien untuk berobat.
Kadir menuturkan, dulu seorang pasien harus menunggu hingga 6 bulan untuk mendapatkan tindakan radioterapi karena hanya ada satu alat saja yang tersedia. Kini dengan penambahan mesin baru menjadi 4 unit, kapasitas pasien menjadi meningkat sehingga waktu tunggu menjadi lebih sebentar.
"Dulu bahkan untuk masuk rawat inap pasien harus menunggu tiga bulan, sampai ada oknum-oknum calo yang memanfaatkan ini. Setelah kita analisis, ini teknologi besar tapi dampak sedikit. Sekarang dengan penambahan tempat tidur, antrian sudah berkurang, asalkan pasien mau ditempatkan di kamar yang apa adanya tidak harus menunggu VIP, bisa langsung masuk," kata Kadir.
Selain terus menambah fasilitas dan infrastruktur untuk memperbaiki pelayanan kesehatan, Kadir juga bercita-cita menjadikan RS Kanker Dharmais menjadi pusat kanker yang setara dengan pusat-pusat kanker di Asia. Karena itu, tahun ini Dharmais terus berbenah.
Salah satu pembenahan yang dilakukan adalah melaksanakan pembangunan dua menara baru, di mana salah satu tower akan digunakan untuk perawatan pasien yang sudah dalam terminal stage.
"Kita juga akan membangun executive wing 12 lantai yang di dalamnya dilengkapi 20 kamar operasi. Kami juga akan proposalkan untuk adakan teknologi proton beam therapy yang belum ada di Asia Tenggara, yang harganya Rp800 milyar," kata Kadir.
Di antara negara-negara Asia Tenggara, teknologi proton beam therapy, diketahui masih direncanakan akan hadir di Singapura tahun ini. Sementara negara-negara lainnya belum ada yang memiliki. Dengan diadakannya teknologi proton beam therapy di RS Kanker Dharmais, artinya Indonesia akan selangkah lebih maju di antara negara-negara Asia Tenggara lainnya.