Biosekuriti, Solusi Pengganti Antibiotik Pada Unggas Ternak
- REUTERS/Rodolfo Buhrer
VIVA – Sama seperti manusia, ayam juga bisa menderita suatu penyakit jika tidak dirawat dengan baik. Infeksi virus menjadi salah satu yang menyebabkan menurunnya kualitas produksi unggas, bahkan menyebabkan kematian. Seperti virus H9N2 yang sepintas tak menyebabkan kematian, namun menurunkan jumlah produksi.
Karena itu, menjaga kebersihan kandang jauh lebih penting dan diutamakan dibandingkan pemberian antibiotik setelah unggas terkena virus. Padahal pemberian antibiotik nantinya akan berdampak resistensi bagi manusia yang mengonsumsinya.
Karena itu sejak beberapa tahun lalu, pemerintah sebenarnya telah menggalakkan konsep biosekuriti. Biosekuriti merupakan perlindungan dari penyebaran infeksius, parasit, hama pada ternak. Bisa dikatakan, biosekuriti merupakan pertahanan terdepan pada peternakan, sehingga dapat menekan risiko dan konsekuensi penularan penyakit.
Tanpa disadari, ternyata manusia juga bisa menjadi sumber penyakit pada ternak, selain pakan, air minum, kotoran ternak, ternak yang sakit, hewan liar seperti kucing, anjing, burung yang masuk ke kandang.
Dalam prakteknya, biosekuriti dibagi menjadi dua, untuk peternakan dalam jumlah besar dan kecil. Di mana pada masing-masing peternakan tersebut memiliki penerapan yang berbeda. Jika pada peternakan besar dengan jumlah ternak lebih dari 20.000 ternak diterapkan program kompartermentalisasi, yaitu satu peternakan dibuat pagar, untuk menghindari masuknya agen penyakit ke dalam, pada peternakan kecil dilakukan dengan cara lebih sederhana.
"Untuk yang kecil kita memperkenalkan biosekuriti tiga zona, itu sederhana sekali. Membagi daerah-daerah menjadi bersih, menengah dan kotor. Memperkenalkan bagaimana cara keluar masuk kandang, bagaimana cara mencuci tangan. Biosekuriti untuk peternak kecil itu sederhana dan biayanya murah," kata Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Fadjar Sumping, dalam seminar yang digelar di Indolivestock, Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat.
Sebagai penjelasan, Biosekuriti tiga zona yaitu membagi area peternakan menjadi tiga area, yaitu zona merah, zona kuning, dan zona hijau. Zona merah adalah zona kotor. Sebelum memasuki area tersebut, pengunjung atau tamu peternakan diharapkan mengganti alas kaki dan mencuci tangan terlebih dulu.
Zona Kuning, sebagai area antara dunia luar yang kotor (zona merah) dan area bersih (zona hijau). Di zona ini juga diperuntukkan untuk orang yang sudah mandi, serta dipakai sebagai lokasi penyimpanan kotak telur yang sudah bersih. Zona hijau adalah area terbatas. Hanya pekerja yang ditugaskan dan sudah berganti pakaian dan alas kaki yang boleh masuk.