Tak Semua Unggas Bervirus Bahaya Jika Dikonsumsi Manusia
- Pixabay/RitaE
VIVA – Menyantap daging dan produk turunan unggas seperti telur, mayonnaise dan sebagainya, sudah menjadi kebiasaan masyarakat di dunia. Namun, isu tentang virus yang mudah menyerang unggas, bisa membuat kita khawatir dan ragu mengonsumsi olahan unggas.
Memang ada virus-virus berbahaya yang bisa membahayakan manusia yang mengonsumsi daging unggas yang terinfeksi. Namun, ada juga beberapa virus yang tidak perlu membuat Anda khawatir, seperti virus H9N2 yang termasuk dalam jenis virus flu burung yang bersifat low pathogenic avian influenza (LPAI) atau tidak membahayakan manusia dan IBH atau Inclusion Body Hepatitis yang disebabkan oleh fowl adenovirus.
Tak banyak orang yang tahu bahwa belum lama ini dua virus tersebut sempat menjadi masalah karena menyebabkan penurunan jumlah produksi telur ayam di beberapa peternakan.
"Keduanya (H9N2 dan IBH) disebabkan oleh virus, satunya disebabkan influenza satunya adenovirus. Kalau H9N2 penyakit virus yang menyebabkan penurunan produksi cukup tinggi, yang kedua menyebabkan kerusakan pada hati (pada unggas)," kata Prof. I Wayan Teguh Wibawan, yang ditemui usai seminar perunggasan di Indolivestock, Jakarta Convention Center, Jakarta Pusat, Kamis, 5 Juli 2018.
Namun, ia menegaskan bahwa masyarakat tak perlu merasa cemas, karena kedua virus ini tidak membahayakan tubuh manusia secara langsung, asalkan ayam, telur ataupun turunannya diolah dengan benar. Namun, tetap akan lebih baik jika mengonsumsi daging ataupun telur dari unggas yang sehat.
"Enggak perlu khawatir, biasanya ayam yang mati, sakit, enggak masuk. Dia sudah terseleksi saat pemotongan. Kalau misalnya (lolos pemotongan pun), dengan cara memasak biasa, virus-virus ini sudah mati, dengan suhu 60 derajat (Celcius) sudah mati," kata I Wayan.
H9N2 sendiri diketahui sudah ada di Indonesia sejak akhir tahun 2016, ditandai dengan adanya laporan resmi penurunan jumlah produksi telur di kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan. Sementara di wilayah Jabodetabek, dari survei pasar tradisional atau pasar burung, memerlihatkan terjadinya peningkatan deteksi virus AI subtype H9 sejak awal tahun 2016.
Sedangkan virus IBH, yakni fowl adenovirus di Indonesia pertama kali dilaporkan di Pulau Jawa, yakni Semarang dan DKI Jakarta tahun 1985. (ase)