Hobi Nonton Piala Dunia, Tingkatkan Potensi Serangan Jantung

ilustrasi nonton piala dunia
Sumber :
  • Pexels

VIVA – Bagi pecinta sepak bola, Piala Dunia menjadi waktu yang paling dinanti dan dimanfaatkan untuk berkumpul bersama keluarga atau sahabat. Tapi, para ahli mengingatkan, kegemaran menonton Piala Dunia ternyata bisa mendatangkan penyakit, bahkan hingga mengancam jiwa.

4 Trik Manajemen Stres yang Tepat, Tahun Baru Dijamin Lebih Rileks dan Damai

Riset telah menunjukkan daftar bahayanya mulai dari serangan jantung, stroke, hingga kecelakaan, bunuh diri, dan meningkatnya kekerasan domestik. "Ini bukan sekadar pertandingan," sebuah studi di tahun 2010 dalam American Journal of Medicine memperingatkan dan menyebut hajatan olahraga terbesar ini bisa sangat meningkatkan kejadian kardiovaskuler dan angka kematian.

Dilansir dari laman Times of India, penelitian di atas mengatakan bahwa yang paling banyak terkena risiko adalah pasien dengan penyakit arteri koroner, atau mereka yang mengalami situasi yang membuat stres, yakni penggemar fanatik, pertandingan berisiko tinggi, pertandingan berintensitas tinggi, kekalahan, dan kekalahan di kandang sendiri.

Ini 7 Penyebab Lemak Menumpuk di Perut dan Cara Mencegahnya

Banyak penggemar bola yang berteriak ke televisi hingga mereka hampir mengalami serangan jantung ketika tim mereka gagal mencetak gol, atau membiarkan pemain lawan berhasil membobol gawang tim jagoan mereka. Tapi, ini bukanlah sesuatu yang bisa dibuat bercanda.

Pasangan Nonton Bola

Rutin Tidur Siang 20 Menit di Tengah Aktivitas Padat, Ini 6 Manfaat yang Wajib Kamu Ketahui!

Riset telah berkali-kali menunjukkan bahwa pemicu psikologis seperti stres, kecemasan, dan kemarahan, emosi yang semua penggemar olahraga bisa memahami, bisa membuat seseorang terkena serangan jantung.

"Kami tahu ini adalah waktu yang menyenangkan, tapi jangan lupakan kesehatan jantung Anda," saran Juie Ward, perawat jantung senior di British Nurse Foundation.

Buat langkah untuk mengurangi risikonya yang meliputi penggunaan aspirin penipisan darah, meditasi, dan menghindari aktivitas seperti merokok, makanan penyumbat arteri, makanan berlemak, atau minum minuman beralkohol. Meskipun bukan dalam kendali para penggemar, menurut satu studi di Selandia Baru, menang atau kalah memberikan perbedaan juga.

Ditemukan peningkatan 50 persen pasien masuk rumah sakit karena gagal jantung, khususnya para wanita, setelah kekalahan semi final di Piala Dunia rugby tahun 2003. Sebaliknya, angka rawat inap menurun setelah kemenangan Selandia Baru pada semi final di tahun 2011.

Pria nonton sepakbola.

Tidak hanya kesehatan jantung kita yang harus diperhatikan, satu studi mencatat adanya ledakan kasus oklusi vena retina, yaitu sumbatan pada vena kecil di mata yang juga dikenal dengan stroke retina, selama Piala Dunia 2014. Kondisi ini merupakan penyebab umum terjadinya kehilangan pandangan, paling sering terjadi pada orang dengan penyakit kardiovaskuler.

Kenapa pertandingan bersejarah ini bisa membangkitkan gairah yang berbahaya? Sejumlah psikolog berpendapat bahwa peristiwa olahraga bisa menimbulkan rasa kepemilikan pada tim dan berbagi identitas yang sama. Selain itu, timbul satu harapan yang terbangun bagi penggemar dari tim yang bahkan tidak pernah menang.

Dengan investasi emosional yang dalam itu dan tingginya harapan, kegagalan bisa menyebabkan kekecewaan yang besar. Dan dapat membuat beberapa orang tidak hanya menangis sedih.

Beberapa studi menemukan adanya peningkatan bunuh diri setelah kekalahan Piala Dunia. Sebuah studi tahun lalu menemukan peningkatan signifikan pasien wanita masuk rumah sakit di Teheran yang minum racun selama empat minggu perhelatan Piala Dunia. Iran saat itu tereliminasi dalam babak sistem gugur.

Para ahli juga memperingatkan, ancaman lebih jauh bagi penggemar olahraga adalah prilaku berisiko yang didorong minum minuman beralkohol yang berlebihan, hingga memicu kecelakaan di jalan, seks tidak aman, dan kekerasan.

Studi di tahun 2013, yang melihat pada tren Piala Dunia selama tahun 2002, 2006, dan 2010, menemukan risiko kekerasan domestik di Inggris meningkat hingga 26 persen ketika tim nasional mereka menang atau seri, dan 38 persen saat tim mereka kalah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya