Sering Terpapar Sinar UV Bisa Picu Kanker Kulit Ganas

Ilustrasi kulit remaja.
Sumber :
  • Pixabay/Helmut_Strasil

VIVA – Melanoma merupakan kanker kulit yang dianggap paling ganas karena bisa menyebabkan kematian. Kanker ini pula yang telah merenggut nyawa istri Rasyid Rajasa, putra bungsu Hatta Rajasa.

Lagi Viral SPF Lip Gloss, Emang Bibir Perlu Perlindungan dari Sinar UV?

Dr. dr. Aida Sofiati, SpKK(K) menjelaskan, penyebab dan faktor risiko melanoma adalah paparan sinar ultraviolet (UV) yang terus-menerus di masa anak-anak, riwayat keluarga (jarang di Indonesia) atau tanning (menghitamkan kulit). Pada kulit putih risiko ini lebih tinggi karena jumlah sel melanositnya sedikit.

Di banyak literatur Barat diungkapkan bahwa kulit putih lebih rentan terkena kanker kulit. Selain itu, kulit yang banyak memiliki freckles atau bintik-bintik hitam juga lebih mudah terkena kanker kulit.

Kenapa Wajib Pakai Sunscreen Minimal SPF 30? Ini 5 Alasannya

"Orang yang berambut merah dan kuning, bermata biru atau cokelat, serta paparan sinar matahari (rentang terkena kanker kulit). Untuk anak-anak berkulit putih yang sudah banyak terpapar sinar matahari, saat tuanya kemungkinan melanoma lebih besar," ujar Aida saat mengisi acara, beberapa waktu lalu.

Dia menuturkan bahwa pada ras Kaukasian, melanoma menduduki peringkat ke-6 sebagai kanker paling sering ditemukan.

Radikal Bebas Bisa Picu Kanker Kulit, Cegah Pakai Skincare dengan Kandungan Ini

“Pada stadium 1 dan 2 masih dapat diobati. Tetapi jika sudah masuk stadium 3 dan 4, kematian sangat tinggi. Usia tersering pasien rata-rata di atas 50 tahun. Kematian lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan,” ujar Aida.

Ilustrasi freckles/flek hitam/kanker kulit.

Selain itu, menurut dia, melanoma dapat dikenali dari tahi lalat. Memang hanya 30 persen kanker kulit yang dikenali dari tahi lalat, sehingga tidak ada salahnya melakukan Sakuri atau periksa kulit sendiri.

Caranya, berdiri di cermin setinggi badan, amati kulit sepanjang badan. Untuk bagian belakang, dipandu dengan cermin kecil, jangan lewatkan sisi kanan dan kiri badan. Selain itu, memeriksa kepala dengan bantuan hair dryer, dan telapak kaki.

Kemudian cari tahi lalat dengan gejala ABCDE. Yaitu, A (tahi lalat yang Asimetris), B (Border, tepi tahi lalat tidak bulat atau beraturan), C (Color, warna tahi lalat tidak rata, ada yang merah, coklat, hitam) dan D (Diameter, tahi lalat lebih dari 6 milimeter).

"D juga bisa diartikan Difference, yaitu di antara tahi lalat di seluruh tubuh ada satu yang berbeda. Itu yang harus diwaspadai," ucap Aida.

Ada tambahan lagi kriteria E, yaitu Evolving atau membesar dengan cepat. Karena itu, jika Anda menemukan ada kelainan di atas, segera cek ke dokter untuk memastikannya. (ms)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya