Ini Alasan Penting Lakukan Deteksi Thalasemia Sebelum Nikah
- ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi
VIVA – Penyakit thalasemia merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan diderita seumur hidup. Penderitanya akan mengalami penurunan Hb dan kerusakan sel darah merah, membuatnya membutuhkan kantong darah tambahan seumur hidup.
Selain transfusi darah, mereka juga harus mengonsumsi obat khusus untuk mengeluarkan zat besi berlebihan dalam tubuh akibat transfusi darah rutin tersebut. Tak jarang, ini malah memicu komplikasi pada pasien thalasemia.
"Umumnya pasien thalasemia meninggal karena komplikasi gagal jantung. Selain itu, komplikasi lain seperti diabetes, seks sekunder yang tidak nampak, gangguan pada tulang, serta infeksi seperti HIV, hepatitis c, dan TBC," kata Spesialis Anak RSCM, Dr. dr. Pustika Amalia Sp.A(K), dalam temu media Hari Thalasemia Sedunia di Gedung Kemenkes RI, Jakarta, Senin 7 Mei 2018.
Karena tidak ada penyembuhannya, maka dokter Lia menekankan peran skrining atau deteksi dini thalasemia pada masyarakat. Biasanya, skrining dilakukan pada usia remaja atau calon pengantin, apalagi jika memiliki anggota keluarga yang memiliki gen pembawa sifat thalasemia.
"Skrining terbaik yaitu saat sebelum menikah, bisa menekan risiko besar pembawa sifat thalasemia. Karena, jika kedua calon ayah dan ibu memiliki gen pembawa sifat thalasemia, 50 persen kemungkinan anaknya juga alami thalasemia mayor," ungkapnya.
Sementara itu, jika calon ayah dan ibu sudah mengetahui risiko akan menurunkan thalasemia pada anaknya, skrining bisa dilakukan sejak masa kehamilan berlangsung. Sebab, skrining tersebut bisa dilakukan untuk mempersiapkan kehidupan anaknya kelak untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik meski dengan kondisi thalasemia.
"Jadi ayah dan ibunya sudah terlatih untuk mengetahui kebutuhan anaknya nanti dengan kondisi thalasemia. Mereka bisa mempersiapkan pengobatan hingga membimbingnya menemukan calon pasangan hidupnya kelak," paparnya.