Pekerja Perempuan Makin Banyak, Perlu Perlindungan Kesehatan
- Viva.co.id/Bimo Aria
VIVA – Pekerja perempuan di Tanah Air memiliki jumlah yang tidak sedikit. Hampir 40 persen jumlah pekerja perempuan sangat berperan, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan kesehatan.
Sebagai subjek pembangunan kesehatan, pekerja perempuan merupakan penentu alokasi pangan, penentu budaya konsumsi keluarga, pendidik, perawat dan pemelihara di dalam keluarga. Sebagai objek pembangunan kesehatan, pekerja perempuan rentan mengalami eksploitasi, mempunyai peran ganda, rentan terpapar bahaya di tempat kerja di samping secara alamiah mengalami fase haid, hamil, melahirkan, nifas dan menyusui.
"Oleh karena itu pekerja perempuan memerlukan pengawalan dan perlindungan khusus di bidang kesehatan. Tanpa kesehatan yang baik, pekerja kita tidak akan mampu bersaing dengan tenaga kerja lainnya di era globalisasi saat ini," tutur Menteri Kesehatan, Nila Farid Moeloek dalam sambutannya yang dibacakan oleh Plt. Dirjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, dr. Pattiselano Robert Johan, MARS, pada pembukaan Seminar Kesehatan yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Kesehatan dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional, Kamis, 3 Mei 2018.
Menkes menegaskan, bahwa seluruh pekerja dan lebih khusus pekerja perempuan, perlu dijaga kesehatannya, karena kita semua mengetahui bahwa pekerja yang sehat akan produktif dan hal ini merupakan modal bagi pembangunan nasional. Adapun dari 262 juta populasi penduduk Indonesia, sebanyak 114 juta penduduk merupakan pekerja, di mana jumlah pekerja laki-laki sebesar 71,7 juta dan jumlah pekerja perempuan sekitar 46,3 juta (BPS, 2017).Â
"Hal ini menunjukkan bahwa pekerja perempuan di Indonesia hampir mencapai lebih kurang 40 persen dari jumlah total pekerja," tutur Menkes.
Menkes menuturkan bahwa kondisi saat ini yang mana jumlah angkatan kerja semakin meningkat dan diiringi pertumbuhan industri akan berdampak terhadap kondisi kesehatan pekerja dan keluarganya. Untuk itu, Menkes menyarankan agar para pekerja perempuan perlu menyadari bahwa mereka adalah pengambil keputusan sekaligus merupakan pendukung ekonomi keluarga, sehingga kesehatan adalah modal dasar yang harus dijaga.
"Bila pekerja perempuan sehat diharapkan bahwa keluarganya dan masyarakat akan menjadi sehat. Begitu pula sebaliknya. Bila pekerja perempuan sakit, maka tentu akan berdampak buruk pada unit tempat ia bekerja dan juga keluarganya. Hal ini tentu bukan menjadi harapan kita semua," imbuhnya.