Rokok Picu Penyakit, Dampaknya Sama Mengerikan dengan Kanker

Ilustrasi wanita merokok
Sumber :
  • Pixabay

VIVA – Sebutan bahwa Indonesia adalah surga bagi para perokok rasanya pantas disematkan. Buktinya, kini Indonesia berada di tiga besar negara dengan tingkat perokok tertinggi di dunia.

Miris, Prevalensi Perokok Anak di Indonesia Meningkat

Tapi, berbanding terbalik dengan gambaran surga yang penuh kesenangan, surga rokok ini justru menimbulkan bencana fatal. Sudah banyak yang membuktikan jika rokok mengandung ribuan bahan berbahaya yang bersifat karsinogenik atau memicu kanker.

"Di rumah sakit yang memang banyak pasien penyakit paru seperti kanker paru, 90 persennya memiliki riwayat sebagai perokok," ungkap dr. Feni Ftiriani Taufik, Sp.P(K) dalam talkshow Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR) di kawasan Cikini, Jakarta, Jumat 20 April 2018.

Merokok Bikin Wajah Terlihat Tua, Mitos atau Fakta?

Kalaupun seorang perokok sudah terkena kanker paru, umumnya ditemukan sudah dalam stadium 4 atau akhir yang tidak mungkin diobati lagi. Angka harapan hidup menurut statistik pun dalam satu tahun ke depan hanya 50 persen saja.

Feni menjelaskan, organ utama yang paling rentan dengan paparan rokok adalah organ pernapasan. Karena itu, kanker yang sering terjadi adalah kanker laring atau faring. Namun, memang tak semua perokok pasti akan terkena kanker.

Mana yang Berisiko Bikin Penyakit Kanker, Rokok Biasa atau Elektrik?

Meski demikian, jangan dulu merasa lega karena jika tidak terkena kanker masih ada ancaman penyakit lain yang tak kalah menyeramkan, yaitu penyakit paru obstruktif kronik.

Asap rokok

"Penyakit paru obstruktif kronik ini merupakan gangguan yang menggerogoti fungsi paru secara perlahan. Awalnya memang tidak terasa karena gejala timbul setelah 20 tahun kemudian," kata Feni.

Gejala ini mirip dengan asma yaitu sesak. Tapi, berbeda jauh dengan asma yang memiliki masa bisa kembali normal. Penderita penyakit paru obstruktif kronis, paru akan digerogoti terus menerus sampai akhirnya untuk berjalan ke kamar mandi saja di sudah kehabisan napas.

"Jadi dia butuh bantuan oksigen terus menerus. Dan, kalau kena infeksi ringan saja bisa fatal karea fungsi parunya sudah tidak bagus."

Merokok, kata Feni, memang terlihat keren di awal, tapi efeknya akan terlihat setelah jangka panjang. Infeksi saluran napas yang terjadi, risikonya lebih tinggi pada orang-orang yang merokok. Begitu pun dengan kanker, begitu terjadi mutasi pada DNA, bahan-bahan berbahaya rokok yang terhisap akan terus menerus membuat proses mutasi ini berjalan. (mus)
 

BBC Indonesia

Rokok dan Polusi Udara, Mana yang Lebih Mematikan?

Kematian karena polusi udara bisa melebihi kematian akibat merokok.

img_title
VIVA.co.id
15 Maret 2020