Setahun Setelah Menikah, Wanita Harus Lakukan Pap Smear
- VIVA/Muhamad Solihin
VIVA – Wanita rentan dari serangan kanker serviks. Tak peduli sudah menikah atau belum, wanita dianjurkan menjalani pap smear atau inspeksi visual asam asetat atau IVA, setahun setelah pertama kali berhubungan seksual.
Pemeriksaan ini tak terkait dengan moral, tetapi merupakan langkah untuk pencegahan kanker serviks sejak dini.
"Namanya perempuan, nikah atau tidak nikah, kalau sudah setahun melakukan hubungan seksual, maka harus melakukan namanya pap smear, di bawahnya pap smear itu ada IVA," kata Dokter Lula Kamal di sela kegiatan Bonita Wani Sehat di Markas Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya, Jawa Timur, pada Minggu 15 April 2018.
Dokter yang juga berkecimpung di dunia artis itu menjelaskan, di dalam tubuh manusia ada virus human papillomavirus atau HPV.
"Kita hidupnya berbarengan dengan virus tersebut, dan biasanya berhubungan juga dengan hubungan seksual. Karena itu, semua wanita yang melakukan hubungan seksual setahun kemudian wajib IVA, kalau enggak pap smear," tuturnya.
Kanker serviks tidak hanya rentan akibat pergaulan bebas. Wanita yang berhubungan seksual dengan suaminya sendiri juga berpotensi diserang virus tersebut. "Semua, pokoknya ada hubungan seksualnya, bebas enggak bebas, nikah enggak nikah, kita tidak bicara moral di sini, tetapi mengenai kesehatan," ujar dokter berhijab itu.
Kesadaran akan organ intim dan rentannya terserang kanker serviks, lanjut Lula, saat ini masih dirasa kurang. Tidak hanya di tengah masyarakat kelas bawah, tetapi kalangan kelas menengah ke atas pun masih kurang. "Masyarakat kelas atas saja, masih banyak yang tidak melakukan (pap smear atau IVA), mungkin karena tidak tahu saja, bukan karena tidak peduli," ucapnya.
Pap smear atau IVA sebetulnya mudah dilakukan dan tidak mahal. Bidan dan perawat bisa melakukannya. "Cuma kadang-kadang kesadaran orang untuk periksa yang masih rendah. Kadang datang, ketika sudah kankernya stadium lanjut. Padahal, kalau diketahui saat stadium awal bisa sembuh sempurna," ujar Lula.