Melanie Putria Lawan Stres Pasca Melahirkan dengan Lari
- VIVA.co.id/Diza Liane Sahputri
VIVA – Siapa sangka di balik keceriaan dan semangat seorang Melanie Putria saat berada di garis finish lari, sebenarnya justru berawal dari sebuah masalah syndrome baby blues yang dialami pasca melahirkan sang buah hati pada 2011.
"Bicara soal running, mulainya itu dari tahun 2011. Awalnya semenjak Sheemar lahir. Kurang lebih enam bulan umurnya, ya. Sebelumnya aku bukan pelari, aku justru benci lari," kata Melanie.
Syndrome baby blues merupakan suatu kondisi gangguan mood yang sering dialami ibu pasca melahirkan bayi. Sindrom ini termasuk kategori depresi ringan, dan persentase ibu yang mengalaminya bisa mencapai 70-80 persen.
"Nah, kenapa lari, karena pada tahun 2011 itu aku mengalami baby blues. Kalau perempuan baby blues itu laki-laki enggak bisa ngerasain ya, betapa menyeramkannya. Seperti PMS (sindrom menstruasi) saja, cuma dikali seribu. Itu karena hormon, jadi bukan karena psikis. Hormon yang fluktuatif itu bikin aku jadi moody banget, anak nangis aku ikut nangis, suami pergi aku nangis. Jadi semua salah, dan itu enggak baik. Jadi aku uring-uringan," ujarnya.
Ditemui usai acara Start Good Day With a Healthy Breakfast di Wyl’s Kitchen, Veranda Hotel Kebayoran Jakarta Selatan, Rabu, 11 April 2018, Melanie menceritakan awal dirinya akhirnya bisa jatuh cinta pada lari, dan bagaimana lari bisa membuatnya kembali bangkit dari keterpurukan. Setelah sebelumnya sempat melakukan olahraga lari di pusat kebugaran, namun ia merasa tidak nyaman karena perkataan banyak orang tentang bentuk tubuhnya, ditambah dirinya yang tengah baby blues.
"Buat orang normal itu oke (diledek seperti kulkas dua pintu), buat orang baby blues itu enggak oke, itu buat aku makin terpuruk dan sedih banget. Kayak 'oke it is the end of my career'. Sudah enggak ada lagi daya," tuturnya.
Hingga akhirnya, di tengah keterpurukan itu, Melanie mengetahui adanya kegiatan lari lewat akun Twitter Indo Runners, di mana anak-anak yang tergabung terlihat bahagia dengan berlari. Meski sempat melihat sebelah mata, Melanie akhirnya dengan rasa penasaran datang ke fX Sudirman dengan berbekal hanya uang lima ribu rupiah dan baju serta sepatu hasil pinjam milik orang tua.
"Dan saat pertama nyobain seketika saat itu juga langsung jatuh cinta. Saat itu juga pas pertama kali dan aku happy banget tuh begitu finish sampai di fX, hormon endorfinnya itu meledak-ledak semua. Kalau pelari sebutnya 'running high' jadi kita kayak ngerasa high tapi in the good ways," lanjutnya.
Dan itu hanyalah awal dari perjalanan Melanie yang tengah mengalami baby blues dan mencoba mencari cara untuk mengatasi sindromnya tersebut. Karena besarnya keinginan untuk pulih, Melanie yang baru aktif berlari di Car Free Day selama dua bulan, memberanikan diri mengikuti Singapore Marathon.
"Baru lari dua bulan dengan rasa mau mengembalikan rasa kepercayaan diri, gue coba ikut lari maraton. Oke gue beli slotnya orang, sudah pakai nomer orang. Terus pas start line orang sih stretching, aku mompa ASI. Benar-benar pure nekat, benar-benar memang mau finish supaya kembali lagi nih gue yang dulu, daya gue yang dulu," kenangnya.