Satu dari Empat Orang Indonesia Ternyata Mager
- Pixabay
VIVA – Gaya hidup sedentari atau malas bergerak (mager) kini menjadi isu penting di Indonesia. Spesialis kedokteran olahraga dr. Ade Jeanne L. Tobing, SpKO menjelaskan, sedentari diambil dari bahasa Latin 'sedere' yang artinya duduk.
Ade menambahkan, semakin canggih sistem sebuah negara justru membuat penduduknya semakin jarang bergerak. Kemajuan teknologi membuat segalanya menjadi lebih mudah tanpa perlu bergerak.
Di Indonesia, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 24,1 persen penduduk Indonesia, atau satu dari empat orang, menjalani gaya hidup sedentari lebih dari enam jam. Padahal, gaya hidup yang jarang bergerak ini berisiko meningkatkan penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular, osteoporosis, dan osteoartritis.
Hal inilah yang mendorong Anlene untuk mengampanyekan gerakan 'ayo Indonesia bergerak' untuk mengajak masyarakat mulai meninggalkan gaya hidup sedentari.
"Dengan bergerak aktif serta menjaga kesehatan, kekuatan, dan fleksibilitas tulang, sendi, dan otot, kita telah melakukan langkah penting untuk melawan gaya hidup sedentari," ujar Rohini Behl, Technical Marketing Advisor Fonterra Brands Indonesia, saat peluncuran kampanye 'ayo Indonesia bergerak' di Imam Bonjol, Jakarta, Rabu, 11 April 2018.
Untuk melawan gaya hidup sedentari, disarankan untuk melakukan latihan fisik minimal 30 menit sehari, setidaknya tiga kali dalam seminggu atau total 2,5 jam per minggu.
"Tulang adalah jaringan hidup yang mengalami perusakan dan pembentukan, latihan fisik dan pembebanan menyebabkan tulang baru terbentuk, sehingga membuat tulang lebih kuat dan padat," jelas Ade.
Selain itu, Ade menambahkan, latihan fisik seperti ini juga membuat sendi lebih fleksibel dan otot lebih kuat.