Bahaya Virus HPV Tak Ditangani Sejak Dini
- Pixabay/Chillsoffear
VIVA – Virus HPV merupakan salah satu virus yang berbahaya bagi tubuh manusia. Lantaran penyakit yang bisa ditimbulkan oleh infeksi HPV bukan hanya kanker serviks, melainkan juga jenis kanker lainnya pada pria mau pun wanita.
Selain kanker serviks, virus HPV juga memicu penyakit lain seperti kanker vagina (60-90 persen), vulva (40 persen), orofaring (12-70 persen), bahkan juga kanker anal (80 persen) dan kanker penis (45 persen) pada laki-laki, serta kutil kelamin (100 persen).
Perlu diketahui, kanker serviks dimulai dari permukaan serviks, seiring waktu berjalan makin ke lapisan dalam. Namun, Lesi Pra Kanker Serviks stadium awal bisa kembali normal dengan sendirinya, kemungkinannya 70 persen.
Untuk terjadinya perubahan sel-sel serviks normal menjadi kanker, butuh waktu paling cepat enam bulan hingga dua tahun. Bahkan bisa sampai 15-20 tahun.
"Karena itu, jangan heran bila perempuan yang sudah menjanda 10 tahun bisa kena. Kadang dokter ‘kecolongan’ bila kanker serviks muncul di usia menopause. Kadang dianggap bahwa itu penghabisan haid. Namun sampai dua tahun terus berlanjut. Ternyata begitu ditemukan, kanker sudah stadium lanjut," ujar spesialis obgyn, dr. Andi Darma Putra, Sp.OG(K) dari RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, dikutip dari rilis yang diterima VIVA, Jumat 6 April 2018.
Di sisi lain, ada kesempatan selama 15-20 tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini. Berdasarkan literatur, skrining perlu dilakukan 3-5 tahun. Di Indonesia disarankan setahun sekali.
Serupa dengan hal itu, Kenneth alexander, MD, Ph.D. dari Nemours Children’s Hospital, Florida, Amerika Serikat menerangkan bahwa peran vaksin HPV harus dikenalkan sejak dini, bahkan dari orangtua kepada anaknya. Sebab, tidak semua orangtua sadar untuk membawa anaknya ke klinik untuk mendapat vaksinasi.
Terlihat jelas di Australia, yang memulai program vaksinasi HPV nasional dengan vaksin kuadrivalen pada 2007. Hasil persentasenya pada perempuan usia kurang dari 21 tahun hampir 12 persen, dan turun hingga kurang dari 2 persen pada 2011. Sedangkan, pada perempuan yang tidak divaksin, tidak ada penurunan. Yang menarik, prevalensi kutil kelamin pada laki-laki juga ikut turun, padahal laki-laki tidak divaksin.
"Setelah lima tahun, prevalensi kutil kelamin turun 80 persen. Jadi kita melindungi anak perempuan, tapi anak laki-laki pun ikut terlindungi. Tercipta herd immunity. Bisa kita simpulkan efikasi vaksin sangat tinggi," tegasnya.
Sementara itu, Studi oleh Drolet M, dkk (Lancet Infectious Disease, 2015) meneliti efikasi vaksin HPV terhadap penyakit terkait HPV. Hasilnya, terjadi penurunan bermakna dalam infeksi HPV, bahkan di negara yang cakupan vaksinasinya rendah (cakupan kurang dari 50 persen). Maka, makin tinggi cakupan imunisasi, makin baik proteksinya.