Nyeri Haid Berlebihan, Waspada Berkurangnya Kesuburan
- Pixabay
VIVA – Nyeri haid, atau disebut dengan dosmenoria, dialami oleh hampir 90 persen wanita di usia reproduksi. Namun, tak semua nyeri haid tersebut normal dan tidak menimbulkan bahaya kesehatan.
Nyeri haid yang normal, biasanya terjadi hingga hari kedua masa menstruasi. Selain itu, nyeri haid tersebut masih bisa ditoleransi dengan tetap menjalani aktivitas seperti pada umumnya. Jika nyeri haid sudah menimbulkan gangguan aktivitas, bahaya endometriosis bisa mengintai.
"Nyeri haid yang tidak normal dominan diakibatkan oleh endometriosis. Selain nyerinya yang membuat sulit aktivitas hingga menyebabkan pingsan, biasanya disertai dengan nyeri saat buang air besar dan kecil serta nyeri saat bercinta," ujar Spesialis Kebidanan dan Kandungan RSPI, dr. Grace Valentine, SpOG, dalam temu media RSPI Group di kawasan Kebayoran Baru Jakarta, Kamis 29 Maret 2018.
Penyebab endometriosis sendiri sangat beragam, mulai dari peradangan kronis, genetik hingga lingkungan. Terlebih, kasus ensdometriosis dapat menyebabkan kesuburan seorang wanita menurun.
"Endometriosis menjadi pemicu infertilitas (mandul) kedua pada wanita. Makanya, diagnosis dini sangat diperlukan agar para wanita ini bisa mengatur gaya hidupnya lebih disiplin dan membuat endometriosis tidak memicu nyeri," paparnya.
Operasi merupakan jalan satu-satunya untuk menangani endometriosis. Namun, hal ini harus dilakukan dengan sangat berhati-hati karena kasus endometriosis yang 50 persennya bisa berulang terus menerus.
"Bisa saja sudah dioperasi, muncul lagi dan lagi. Makanya, kita menyarankan kalau memang mau dioperasi, saat wanita ini mau punya anak. Jadi, setelah operasi, langsung program hamil agar endometriosis tidak muncul lagi," kata Grace. (ren)