Alami Gangguan Jiwa, Perlukah Beri Tahu Pasangan?

Ilustrasi gangguan jiwa
Sumber :
  • Pixabay/Lando

VIVA – Keluarga dan juga pasangan, merupakan salah satu lingkungan terdekat yang semestinya mampu mendukung orang dengan gangguan jiwa. Namun, dalam kenyataannya keluarga dan pasangan juga tidak mudah menerima kondisi yang demikian.

Legislator PKB Duga Anak Bos Toko Roti Bukan Sakit Jiwa tapi Psikopat

Bahkan beberapa menolak hingga akhirnya menjauh. Pertanyaannya kemudian, perlukah seorang dengan gangguan jiwa mengkomunikasikan kondisinya kepada pasangan? 

Menurut Dokter Spesialis Kejiwaan, Dr Hervita Diatri, penting sekali mengkomunikasikan kondisi tersebut kepada pasangan, terlebih bagi pasangan yang ingin menikah. Namun menurutnya hal ini juga tidak mudah. 

Terungkap, Aipda Ucok yang Bunuh Ibunya Pakai Gas Melon Tak Pernah Dibekali Senpi Karena...

"Itu memang tidak mudah untuk membuka tentang itu, tapi setidaknya pasangan adalah orang terdekat yang bisa membantu kita ketika kita dalam keadaan depresi," ungkap Hervita dalam Seminar World Bipolar Day 2018 di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa 20 Maret 2018.

Ilustrasi stres di tempat kerja.

Aipda Ucok yang Bunuh Ibunya Pakai Gas Melon Jadi Pasien Sakit Jiwa Sejak 2020

Sehingga, lanjut Hervita, pasangan tahu dan tidak salah merespons jika seorang yang dicintainya mengalami gangguan kesehatan mental. Hervita juga selalu menyarankan, jika tidak mampu menyampaikan sendiri mintalah bantuan pada tenaga ahli seperti psikiater untuk menyampaikannya. 

"Saya menyarankan dia untuk cerita sendiri atau kalau mau bantuan saya, saya akan saya bantuin, tapi yang penting ada kemauan dari dia dulu, intinya gitu. Saya (tenaga kesehatan) kan tidak tersedia 24 jam, kalau pasangan kan yang tersedia 24 jam," kata Hervita, seksi Bipolar Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia.

Gangguan bipolar.

Menurutnya, di Indonesia masih ada mitos bahwa menikahkan seorang bisa membantu menyembuhkan mereka yang memiliki gangguan jiwa. Namun hal itu jelas tidak tepat. 

"Itu kalau benar pasangannya, kalau tidak benar, bagaimana?" ujarnya.

Untuk itu, dalam mengkomunikasikannya pun dengan cara tersendiri, agar pasangan tidak melakukan penyangkalan terhadap kondisi tersebut. Cara penyampaiannya juga tidak mengatakan langsung bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa. (one)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya