Heboh Aqua & Nestle Terkontaminasi Plastik, Konsumen Bingung

Minuman kemasan botol.
Sumber :
  • Pixabay/PublicDomainPictures

VIVA – Sebuah penelitian soal kandungan mikroplastik dalam 90 persen dalam air minuman kemasan yang dijual bebas masih menimbulkan keresahan. Beberapa merek air kemasan terkemuka di Indonesia turut masuk dalam jajaran penemuan tersebut.

Suka Ikut Marathon? Dokter Sarankan Ini untuk Cegah Cedera Hingga Kram Otot

Dari sebuah studi yang dilakukan ilmuwan yang berbasis di State University of New York di Fredonia bersama jurnalisme Orb Media, menganalisis 259 botol dari 19 lokasi di sembilan negara, dengan 11 merek yang populer di masyarakat termasuk di Indonesia. Aqua Danone memiliki 4.713 partikel plastik per liter serta Nestle Pure Life mengandung 10.390 partikel plastik per liter.

Hal ini tentu mengundang kekhawatiran tersendiri bagi masyarakat. Apalagi keberadaan air kemasan tak lepas dari keseharian konsumsi masyarakat karena dianggap lebih sehat. VIVA mencoba mewawancarai beberapa masyarakat yang sudah mengonsumsi air mineral kemasan sejak lama.

Semangat Nasionalisme, Persija Pilih Air Mineral Milik Indonesia untuk Liga 1 2024/2025

Misalnya saja, Indah, yang mengaku setiap hari mengonsumsi air mineral dari kemasan. Penemuan itu mengundang kengerian baru untuknya.

Ilustrasi air minum kemasan.

Benarkan Warna Tutup Botol Air Minum Dalam Kemasan Punya Arti? Ini Penjelasan BPOM

"Ngeri banget, tapi kok bisa lolos dari BPOM? Pengawasannya di mana? Sekarang jadi banyak yang revisi melulu ya," ujar wanita 34 tahun itu kepada VIVA, Jumat 16 Maret 2018.

Sejalan dengan itu, ditemui di tempat berbeda, Indri, 26 tahun, turut mempertanyakan peran BPOM dalam pengawasan air mineral kemasan tersebut. "Belum ada konfirmasi dari BPOM dan Aqua sih. Jadi masih tetap mengonsumsi karena penelitian itu juga belum tahu efek jangka panjangnya apa dari konsumsi air mineral yang memgandung mikroplastik," ujarnya.

Adapun Reza, 27 tahun, yang turut mengaku khawatir atas penemuan itu. Ia berharap, ada klarifikasi segera dari merek-merek yang disebutkan di penelitian itu.

"Butuh klarifikasi untuk tahu efek sampingnya apa. Tapi, masih tetap konsumsi merek itu karena enggak mau ganti merek lain yang rasanya beda," ujarnya.

Berbeda dengan Yudha, 37 tahun, yang menganggap air mineral kemasan sudah menjadi kewajibannya untuk dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya. Namun, ia mengaku akan mencoba ganti merek air mineral kemasan yang lebih aman.

"Kapok pakai minuman merek itu. Mungkin akan ganti merek ya, karena susah enggak pegang air mineral sehari-hari buat aktivitas," terangnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya