Hormon Estrogen Mampu Kurangi Risiko Stroke pada Wanita
- Freewallpaper
VIVA – Stroke merupakan salah satu kondisi yang paling banyak ditakuti. Di Indonesia, penyakit stroke menduduki peringkat pertama penyebab kematian.
Stroke bisa dipicu oleh genetik atau gaya hidup yang tidak sehat seperti seringnya konsumsi makanan berkolesterol tinggj, alkohol, stres, kurang istirahat dan jarang berolahraga.
Salah satu stroke yang berbahaya adalah stroke hemoragik atau yang sering disebut dengan stroke perdarahan. Stroke perdarahan terjadi akibat pembuluh darah pecah sehingga terjadi pendarahan yang menggangu fungsi otak.
Jika otak tidak dapat berfungsi, otomatis seluruh anggota tubuh tidak dapat berfungsi sehingga mengakibatkan kelumpuhan pada organ tubuh.
Spesialis saraf Dr. dr Salim Haris, SpS(K). FICA menyebut bahwa tanda-tanda awal terjadinya stroke tak bisa dipastikan, tergantung kondisi di mana posisi terjadinya stroke.
"Manifestasi stroke tidak bisa dipastikan. Tergantung kejadiannya ada di mana? tidak ada spesifikasi dengan gejala tertentu. Bisa kejang, bisa sakit kepala hebat, tergantung lokasi penyumbatan."
Lebih lanjut Salim mengungkap mitos dan fakta seputar stroke yang penting untuk diketahui.
Sakit kepala gejala awal stroke
"Mitos. Karena yang sakit kepala hebat itu bisa saja terjadi karena perdarahan otak, dan perdarahan bekuan darah," ujarnya dalam tayangan AYO HIDUP SEHAT Senin 26 Februari 2018.
Hanya menyerang orangtua
"Mitos. Stroke bisa menyerang orang muda juga. Hanya saja lebih banyak menyerang orangtua."
Stroke lebih banyak terjadi pada pria
"Fakta. Karena wanita memiliki hormon yang melindungi dirinya, yaitu hormon estrogen. Tapi risikonya meningkat jika ia menopause. Meski demikian bukan berarti wanita yang belum menopause tak mungkin kena. Bisa juga kena, karena wanita sekarang pola hidupnya sudah tak sehat, sehingga hormonnya juga terganggu."
Stroke tidak dapat dicegah
"Mitos. Pasti bisa dicegah, asal kita mengetahui tentang diri kita, siapa keturunan kita, apa penyakit kita dan bagaimana perilaku kita. Meskipun punya keturunan stroke, kalau kita bisa mengubah dan mengantisipasi kita bisa juga menghindarinya."
Pengobatan stroke bisa dihentikan jika sembuh
"Mitos. Pengobatan stroke tidak bisa dibehentikan. Dan kaitanya jangka panjang. Jadi jika telah kena stroke (pasca stroke) makan penangannannya seumur hidup."
Olahraga dapat kurangi risiko stroke
"Fakta. Tapi bukan sembarang olahraga. Yang diperlukan adalah olahraga yang memberikan kesempatan yang memberikan sirkulasi darah. Bukan yang membentuk tubuh. Itu semua ada pembimbingnya."