Heboh Cacing Bersarang Dalam Bola Mata, Ini Sebabnya
- youtube
VIVA – Beberapa waktu lalu, dunia medis di Amerika heboh dengan penemuan 14 ekor cacing yang hidup dan bersarang di dalam mata seorang wanita asal Oregon Amerika Serikat. Proses pengambilan cacing tipis berwarna putih sepanjang 2 cm itu dilakukan lewat jalan operasi ringan berkala nyaris selama 20 hari.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit AS menyebut bahwa wanita berusia 26 tahun itu terserang Thelazia gulosa, yaitu parasit cacing yang bersarang di bola mata. Anehnya, Thelazia gulosa adalah parasit cacing yang biasa menyerang hewan ternak dan hewan peliharaan yang terkontaminasi lewat gigitan lalat musca.
Banyak pakar medis menyebut bahwa kasus yang dialami wanita tersebut adalah satu-satunya di dunia. Penemuan ini menambah bukti bahwa gigitan lalat musca juga bisa berdampak pada manusia.
Lalat yang senang menempel pada mata hewan itu menebar larva cacing di area kelenjar air mata hewan. WHO menyebut bahwa cacing yang berasal dari genus Thelazia ini memiliki banyak jenis. Di Indonesia, spesies yang sering menyebabkan thelazia pada hewan adalah thelazia rhodesi dan thelazia guloza.Â
Gejala klinis yang sering muncul pada hewan adalah gelisah, Nafsu makan menurun, hewan terlihat kurus, iritasi mata, keluarnya kotoran mata terus menerus, hewan menjadi lebih malas dan tak bertenaga, anemia, hingga berujung kebutaan. Gejala serupa juga dialami wanita asal Oregon tersebut, namun beruntung kedua mata wanita tersebut masih bisa diselamatkan.
Satu lagi jenis cacing yang senang bersarang di mata
Tak hanya Thelazia, kasus mata bercacing ini sebetulnya bukan hal aneh. Di daerah Afrika, ada cacing serupa yang senang bersarang dalam mata manusia. Namanya cacing Loiasis atau penduduk lokal mengenalnya dengan sebutan Loa-loa Worms.Â
Berbeda dengan Thelazia, cacing Loa-loa ini memang bersifat parasit hanya pada manusia. Cacing ini masuk dalam species cacing filaria yang sudah menjadi endemi di beberapa daerah di Indonesia sebagai penyebab kaki gajah.
Meskipun belum pernah ditemukan filaria yang menyerang mata di Indonesia, namun di Afrika bagian Barat terutama di hutan hujan Kongo dan Sudan, Loa-loa ini sudah menjadi endemi.
Dilansir laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pasien yang terjangin Loa-loa akan mengalami gangguan mata berat. Loa-loa singgah dalam mata karena gigitan lalat rusa, lalat berwarna kuning, dan lalat betina pemakan darah.
Ketika menggigit, lalat akan mengeluarkan mikrofilaria yang beredar dalam darah. Kemudian akan berkembang menjadi larva dan membentuk cacing dewasa dalam waktu satu sampai empat minggu.
Gejala awal penyakit ini biasanya iritasi, rasa mengganjal pada mata, atau pembengkakan di pelupuk mata yang tidak disertai rasa sakit.Â
Ketika teridentifikasi mengalami penyakit mata loafiasis, sesegera mungkin Anda harus mendapatkan penanganan. Walau belum ada vaksin untuk penyakit ini, pasien dapat melakukan kemoterapi. Cacing ini juga bisa diangkat dengan cara operasi.
Â