Kondisi Asmat: Wilayah Mistis, Banyak Ular, dan BAB di Hutan
- ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
VIVA – Masalah gizi buruk di Asmat sudah berkurang, dan kejadian luar biasa (KLB) campak sudah dicabut oleh Bupati. Namun demikian, penduduk Asmat masih memerlukan edukasi tambahan agar dapat tetap menjaga kesehatan tubuhnya.
Kasus gizi buruk dipengaruhi karena pola makan, perilaku, dan adanya infeksi. Secara geografis, ketahanan pangan di Asmat sangat kurang karena 90 persen tanahnya terdiri dari rawa.
Terkait ketersediaan pangan melalui pemberdayaan masyarakat, tim Flying Health Care (FHC) sebelumnya telah membuat kolam ikan di Puskesmas di Distrik Kolf Braza ukuran 8x10 meter, pembagian biji dan menanam pohon kelor di sekitar Puskesmas Sawaerma sebagai percontohan.
"Di sana bagus untuk kelor, ini bisa dipakai barangkali kita budayakan, kemudian membuat kolam ikan, jadi ikan dan pohon kelor bisa dibudidayakan. Kelor itu bagus sekali hanya kita tidak mengenalnya saja," ujar Menkes Nila F Moeloek, ketika ditemui di Jakarta, belum lama ini.
Untuk kasus malaria, tim FHC Kemenkes, dr. Franky, menerangkan cara pemakaian kelambu serta cara memapah pasien malaria yang benar ketika dilarikan ke Puskesmas. Selain itu, tim PB IDI, dr. Iqbal menambahkan, kondisi distrik yang harus ditempuh dua jam dengan speedboat dari Agats itu sangat kental dengan mistis.