Awas, Hal Sederhana Ini Picu Timbulnya Nyeri Pinggang
- Pixabay/Geralt
VIVA – Data yang ada menunjukkan bahwa setiap orang minimal dalam hidupnya pernah mengalami 1 kali periode nyeri pinggang. Dan sebanyak 5 sampai 20 persen dari mereka, akan mengalami nyeri yang bersifat kronis.
Dari sekian banyak penyebab nyeri pinggang yang ada di masyarakat, Herniated Nucleus Pulposus (HNP) atau yang jamak disebut saraf terjepit merupakan salah satu penyebab nyeri pinggang kronik terbanyak. Nyeri yang dialami pasien umumnya menjalar hingga paha, dan seluruh bagian kaki disertai dengan kelemahan, baik pada salah satu atau kedua kaki.
Data yang ada di beberapa negara, seperti Finlandia dan Itala menunjukkan prevalensi HNP mencapai 3 persen dari populasi. Demikian halnya dengan kondisi di Indonesia. Semakin tinggi usia seseorang, semakin tinggi pula kemungkinan terjadinya HNP. HNP paling banyak diderita mereka dengan usia antara 30 hingga 50 tahun.
"Dari sekian banyak pasien yang datang ke klinik dokter atau rumah sakit umumnya sudah dengan kondisi nyeri pinggang yang kronis," ucap dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS, selaku pakar nyeri Klinik Nyeri dan Tulang Belakang kepada VIVA baru-baru ini.
Dr. Mahdian mengatakan, saat penekanan bantalan sendi tulang belakang terjadi pada saraf motorik akan berdampak pada melemahnya bagian tubuh yang dipersarafi. Sementara jika penekanan bantalan sendi tulang belakang terjadi pada saraf sensori, pasien akan mengalami mati rasa pada bagian tubuh yang dipersarafi.
Sementara jika nyeri yang terjadi bersifat radikular atau menjalar, menandakan sudah terjadi inflamasi pada saraf, sebagai tanda sudah tidak ada lagi ruang untuk saraf, atau dengan kata lain herniasi bantalan sendi yang terjadi sudah sangat besar dan memenuhi rongga tulang belakang.
Sama seperti yang dikatakan oleh dr. Sri Wahyuni, SpKFR, pakar rehabilitasi Klinik Nyeri dan Tulang Belakang, Gedung Onta Merah, Jakarta, mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor risiko terjadinya herniasi bantalan sendi tulang belakang diantaranya merokok, olahraga berat seperti angkat besi, atau aktivitas pekerjaan tertentu yang sering mengangkat beban secara berulang.
"Dalam beberapa penelitian juga dikatakan, orang yang sering mengendari sepeda motor memiliki risiko lebih besar untuk terjadi HNP, mencapai 2,7 kali lipat," ujarnya.