Seribu Lebih Anak Suku Asmat Diimunisasi Campak
- Dokumentasi Kemenkes
VIVA – Kasus campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, hingga kini masih menjadi sorotan publik. Bahkan, masih banyak yang penasaran, bagaimana perkembangan penanganan kasus campak tersebut di daerah pedalaman.
Sejak September 2017 hingga 23 Januari 2018, RSUD Agast dan Tim Kesehatan baik dari Provinsi dan Kabupaten Asmat telah menangani 646 kasus campak. Tidak hanya itu, tercatat pula 144 gizi buruk, 4 kasus campak dan gizi buruk dan 25 suspek campak.
Menteri Kesehatan, Nila F Moeloek, meninjau langsung pasien dengan campak dan gizi buruk di RSUD Agats, Asmat, Papua, Kamis 25 Januari 2018. Menkes Nila berpesan kepada para orang tua agar benar-benar memperhatikan kebersihan di lingkungan sekitar.
Tak hanya itu, Menkes mengingatkan beberapa orang tua pasien agar selalu menjaga kesehatan keluarga dan lingkungan. Biasakan cuci tangan pakai sabun, dan memperhatikan kebersihan badan.
"Kalau tangan kotor terus makan, kan, banyak kuman, cacing yang ikut kemakan sama anaknya. Biasakan cuci tangan," kata Nila dalam keterangan pers yang diterima VIVA, Jumat, 26 Januari 2018.
Dalam tinjauannya bersama Kepala Badan PPSDM, Usman Sumantri, Dirjen P2P, Mohamad Subuh, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Bambang Wibowo, Direktur Jenderal Farmasi dan Alat Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, Nila menyaksikan langsung satu persatu pasien anak dengan campak dan gizi buruk di ruang Aula RSUD Agats.
Setelah itu, Nila menyambangi pasien lainnya di Aula Gereja Protestan Indonesia yang berada di belakang RSUD Agats. Gereja itu dijadikan ruang rawat inap bagi pasien campak dan gizi buruk yang dalam masa pemulihan.
Rombongan juga berkesempatan mengunjungi pembangunan rumah sakit baru. Belum ada fasilitas alat kesehatan di sana, tapi beberapa ruang sudah ada tempat tidur. Namun demikian, Menkes Nila meminta Direktur RSUD Agats, Riechard Mirino agar mengutamakan ketersediaan air terlebih dahulu.
Imunisasi campak di Asmat
Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Asmat, Papua, telah mendapatkan respons cepat dari pemerintah. Tercatat, hingga kini lebih dari 1.400 anak telah berhasil diimunisasi campak.
Sebagai respons Kejadian Luar Biasa (KLB) campak di Kabupten Asmat, Kementerian Kesehatan juga mengirimkan tim tenaga kesehatan salah satunya ke Distrik Sawaerma, Papua melalui program kesehatan bergerak (Flying Health Care). Sebanyak 1.465 anak telah diberikan imunisasi campak.
Imunisasi telah dilakukan pada 18 hingga 22 Januari 2018 di 13 kampung. Kampung Sawa dan Er sebanyak 296 anak, Sona 131 anak, Pupis 94, Erma 194 anak, Sauti 204, Omor 27 anak, Bu 109, Mumugu I dan Mumugu II 176, Yamas 56 anak, Onafai 80, Yeni 52 anak, dan Agani 46 anak.
Sementara, total warga yang diperiksa oleh tenaga kesehatan sebanyak 1.552 anak-anak hingga dewasa. Serta, telah ditemukan juga sebanyak 13 anak dengan gizi buruk, 12 di antaranya telah dirujuk ke RSUD Agats, sementara 1 orang menolak dirujuk.
Selain pemberian vaksin campak, juga dilakukan pelayanan kesehatan, pemberian vitamin A, dan pemberian makanan tambahan (PMT). Perlu diketahui, saat ini tugas tim FHC gelombang 1 telah berakhir dan akan dilanjut oleh tim gelombang 2 yang akan ditugaskan di Distrik Suru-Suru, Pulau Tiga, dan Kolf Braza.
Sebanyak 36 tenaga kesehatan yang 18 di antaranya dari RS Sardjito 8 orang (dokter spesialis penyakit dalam 1, Anestesi 1, Anak 1, Nutrisionis 3, dokter aUmum 2), PKR 3 orang, 3 dokter dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), RSAB 2 orang (obgyn 1, gizi klinik 1), 2 dokter umum dari RS Dok II, dan 18 orang tenaga kesehatan lainnya.