Diciptakan Minuman Tempe untuk Penderita Hipertensi
- TVOne
VIVA – Banyak orang yang seringkali menyepelekan hipertensi, atau tekanan darah tinggi. Padahal, penyakit ini sering disebut sebagai silent disease, karena sering tidak menimbulkan gejala. Tekanan darah yang terus menerus tinggi dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan komplikasi dengan penyakit lainnya. Tingginya kadar kolesterol juga dapat memicu peningkatan tekanan darah.
Nah, selama ini sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa konsumsi kedelai dapat menurunkan hipertensi. Di Indonesia, kacang kedelai umumnya diolah dan difermentasi menjadi tempe. Kini, telah ditemukan pengolahan tempe menjadi minuman tempe serbuk siap seduh bersifat inovatif dan lebih praktis, mudah dikonsumsi dan lebih tahan lama.
Empat orang peneliti yang terdiri dari Alfia Ansarullah, Hardinsyah dan Sri Anna Marliyati dari Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (Fema) Institut Pertanian Bogor (IPB) beserta Made Astawan dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB melakukan penelitian tentang efek intervensi minuman tempe terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi dan sekaligus hiperkolesterolemia.
“Pesatnya pengembangan tempe menjadi pangan fungsional yang dapat menurunkan tekanan darah, menjadi alasan untuk melakukan penelitian mengenai efek dari minuman berbasis tempe terhadap tekanan darah pada penderita hipertensi dan hiperkolesterolemia,” ucap Hardinsyah, dalam rilis yang diterima VIVA, Jumat 26 Januari 2018.
Penelitian itu melibatkan sebanyak 30 pria dan wanita dewasa berusia 25-55 tahun menjadi subjek dengan kriteria belum mengalami menopause atau tidak sedang hamil, kadar kolesterol total ≥200 mg/dl, tekanan darah 121-139 mmHg, dan tekanan darah diastolik 81-89 mmHg.
Subjek kemudian dibagi dalam tiga kelompok, yaitu kelompok yang diberi Minuman Tempe A (MTA) yang diformulasikan dari kedelai lokal yang dikecambahkan; Minuman Tempe B (MTB) yang diformulasikan dari kedelai impor; dan kelompok kontrol. Minuman tempe diberikan tiga gelas sehari selama empat minggu berturut-turut dan paling sedikit mengandung 25 gram protein per hari. Kelompok kontrol tidak diberi minuman tempe.
Dari hasil percobaannya, tim menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada efek MTA dan MTB dibandingkan dengan subjek kelompok kontrol pada tekanan darah sistolik. Sementara, tidak terdapat perbedaan signifikan pada efek MTA dan MTB pada tekanan darah diastolik dibandingkan dengan kelompok kontrol, tapi kecenderungan mengalami penurunan.