Profesor Asal Australia Kepincut Metode Belajar di RI
- dok.ist
VIVA – Pendidikan formal di Tanah Air, tengah dilirik oleh para ilmuwan dari luar negeri. Salah satunya yang tertarik untuk mengetahui dan mempelajarinya adalah seorang profesor asal Australia, Marc Pruyn.
Menyambangi SD Negeri Rejodani, Sleman, Yogjakarta, dosen senior dari Monash University, Melbourne ini menyebut masalah pendidikan yang ada di Indonesia mirip dengan negara lainnya.
"Ya, masalah-masalah yang dijumpai pada sistem pendidikan di Indonesia, mirip dengan yang saya jumpai di negara-negara lain di dunia, termasuk Australia dan Amerika Serikat. Yakni, sistem pembelajaran yang terlalu terpusat pada guru, tidak interaktif, serta tidak terhubung pada persoalan sehari-hari," ucap Marc melalui keterangan tertulis kepada VIVA.
Marc tertarik dengan program Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang sudah berjalan beberapa bulan di SD Negeri Rejodani. GSM sendiri adalah gerakan pendidikan di Indonesia yang berbasis gerakan akar rumput.
Hingga saat ini, GSM telah memiliki puluhan sekolah model yang tersebar di sejumlah wilayah seperti di Provinsi Jawa Tengah, Banten, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsep dari GSM ialah ingin membawakan konsep yang dibawa bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara secara modern dan milenial.
Marc banyak berinteraksi dengan sejumlah guru, serta kepala sekolah soal ide-ide segar untuk pendidikan. Marc mengaku terkesan, karena para guru ternyata banyak memiliki ide-ide segar tentang bagaimana seharusnya sistem pembelajaran di sekolah.
"Saya melihat mereka sangat antusias dan memiliki banyak ide. Sebelumnya mereka tidak tahu cara menerapkannya dalam keseharian, namun kemudian setelah bergabung dengan GSM mereka mengenal konsep yang sangat praktis untuk melakukan perubahan di sekolah," kata Marc.
Sementara itu, Pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal, mengungkapkan apresiasinya atas kunjungan akademisi asal Australia tersebut. Kedatangan Marc, kata dia, menunjukkan bahwa GSM dipandang telah memberikan solusi atas permasalahan pendidikan di Indonesia yang sering dinilai gagal menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Australia, kata dia, bahkan bisa belajar mengenai pendidikan berbasis budaya dan nilai-nilai ketimuran dari Indonesia. "Saya berharap, model kerja sama pendidikan seperti ini bisa meningkatkan kualitas hubungan bilateral kedua negara tetangga," ujar Rizal.
Marc sendiri berencana akan menuliskan hasil penelitiannya tentang GSM dan perannya terhadap pendidikan di Indonesia tahun depan dalam bentuk jurnal internasional.