Agar Sukses Berkarier, 5 Tips CEO untuk Generasi Milenial
- Pixabay
VIVA – Generasi milenial memiliki karakteristik yang berbeda dengan pendahulunya. Keakraban dengan teknologi, khususnya internet, menjadi salah satu ciri sekaligus poin pembangun kepribadian.
Menurut laman We Forum, seperti dikutip pada Kamis, 7 Desember 2017, kaum milenial di negara-negara maju Eropa, Amerika, Australia dan lainnya sama sekali tidak memiliki kekhawatiran pada masa depan. Mereka ingin menjadi orang sukses dengan visi yang besar, tapi juga memiliki kebebasan waktu bekerja.
Jonas Prising, Chairman dan CEO ManPowerGroup pada 2016 pernah menulis pada laman tersebut, nasihat karir pada putrinya yang termasuk generasi milenial. Seperti berikut ini.
1. Membuka diri lebar-lebar pada banyak kesempatan
Perguruan tinggi itu penting dari segi pendidikan dan budaya. Tapi yang dipelajari di universitas saja tidak cukup untuk menjadi bekal terjun ke dunia kerja. Saat ini pun, terlalu banyak siswa yang lulus, tidak siap kerja.
Menurut Jonas, penting bagi anak-anak milenial untuk mendapat pengalaman kerja praktek lebih awal. Siswa yang telah memiliki pengalaman kerja atau interaksi dengan pemilik perusahaan lebih berpotensi dipekerjakan pada usia 19-24 tahun dan lebih kecil kemungkinan menganggur. Selain itu, kesempatan untuk terlibat dengan pengusaha melalui pengalaman kerja atau magang, dapat memupuk rasa ingin tahu dan dorongan untuk mengeksplorasi hal-hal baru.
2. Tekun belajar adalah jalan menuju karir gemilang
Era disrupsi berdampak pada kepunahan bidang pekerjaan tertentu, seiring dengan munculnya bidang pekerjaan baru. Untuk menghadapi fenomena ini, mutlak diperlukan pribadi tangguh yang mau terus belajar. Dengan begitu, ia tidak akan menjadi korban dari perubahan. Tapi bersama-sama perubahan, mengambil peran kehidupan yang lebih baik.
3. Merangkul dan memanfaatkan teknologi
Zaman dulu, siapa sangka jika pada era sekarang muncul profesi seperti YouTuber, Social Media Specialist, Analis Data, dan pekerjaan-pekerjaan lain yang dekat dengan teknologi komputer dan internet. Beberapa bidang pekerjaan sudah terkena dampak dari kelahiran robotika dan otomatisasi. Milenial harus mampu beradaptasi dengan hal tersebut.
4. Bekerja adalah bukan semata soal gaji
8 dari 10 milenial di Meksiko, India, dan Brasil mengatakan bahwa bekerja untuk pengusaha yang memiliki rasa tanggung jawab sosial dan menjunjung tinggi nilai kehidupan, adalah penting. Mayoritas dari mereka beranggapan, mereka ingin bekerja dan menjadi bagian dari organisasi yang membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Dan itu sama pentingnya dengan gaji.
5. Orang yang memiliki kehidupan seimbang akan memberi performa kerja terbaik
Beberapa orang inspiratif yang kita jumpai, seringkali adalah mereka yang mengamalkan konsep hidup seimbang dan menarik di luar pekerjaan. Keragaman pengalaman pribadi membawa perspektif dan penilaian yang lebih baik dalam situasi profesional. Kaum muda harus merangkul ini.
Mencari beragam kesempatan, bertemu dengan orang yang melakukan pekerjaan berbeda dari orang tua mereka, serta mengeksplorasi beragam budaya. Baik itu di luar sekolah, lingkungan, atau bahkan luar negara. Perusahaan dengan karyawan yang lebih beragam, secara konsisten melaporkan hasil komersial yang lebih besar dibanding perusahaan yang relatif homogen.
Milenial memiliki banyak alasan untuk optimis tentang masa depan. Tidak diragukan lagi, pengalaman mereka berbeda dari orang tua mereka. Karena telah tumbuh sebagai generasi global pertama. Sejarah mencatat, lebih banyak lapangan kerja dan peluang akan tercipta kala pasar tenaga kerja berubah.
Milenial dan Generasi Z punya kesempatan yang baik untuk menghadapi tantangan tersebut. Mereka adalah pekerja keras, ambisius, berpengetahuan luas dan berkomitmen untuk mengembangkan keterampilan yang mereka butuhkan agar tetap dapat dipekerjakan seumur hidup. Ini adalah sifat yang sangat baik. (ren)