Mengulik Sejarah Tor-tor, Tarian Wajib Suku Batak
- Instragram @ayanggkahiyang
VIVA – Dalam pernikahan adat Batak Mandailing, Manortor alias menari Tor-tor harus dilakukan sebanyak dua kali. Bagian pertama dilakukan setelah prosesi Manalpokhon Lahan ni Horja atau pemotongan kerbau.
Itu terlihat dari rangkaian prosesi adat upacara ngunduh mantu putri Presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu dengan Bobby Nasution yang digelar di kediaman keluarga Bobby di Kompleks Setia Budi Indah, Medan, Sumatera Utara sejak Jumat pagi, 24 November 2017.
Sementara bagian kedua Manortor nanti akan dilakukan saat acara Maralok Alok atau pidato adat disampaikan oleh puluhan raja dari adat Batak Mandailing yang hadir.
Dikutip dari berbagai sumber, tari Tor-tor memang merupakan salah satu prosesi yang kerap dihadirkan dalam pesta pernikahan adat Batak yang besar (Horja Godang). Tentu tak lengkap jika tarian ini tidak diiringi dengan musik dari berbagai alat musik tradisional, seperti gondang, suling, dan ogung.
Gerakan-gerakan tarian Tor-tor yang khas juga memiliki makna tertentu. Makna utamanya, tarian ini adalah ritual untuk mengingatkan orang agar takut dan taat kepada Tuhan YME. Ada pula pesan ritual yang ditujukan kepada leluhur dan orang-orang yang masih hidup yang dihormati dalam komunitas adat. Pesan terakhir adalah untuk khalayak ramai yang hadir dalam upacara adat.
Selain sebagai ritual adat, tari Tor-tor yang durasinya bervariasi dari tiga hingga 10 menit ini juga bermakna sebagai penyemangat jiwa dan sarana untuk menghibur. Kata Tor-tor juga diambil dari dari suara hentakan kaki penarinya saat menari di atas papan rumah adat Batak.
Memang Manortor tak pernah absen dalam acara adat orang Batak, termasuk dalam pesta pernikahan atau Horja Godang yang biasanya digelar selama satu hari satu malam, tiga hari tiga malam, atau tujuh hari tujuh malam.