Kisah Pembatik Pekalongan Mengais Rezeki di Ibu Kota

Anita, salah satu pembatik asal Pekalongan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Linda Hasibuan

VIVA.co.id – Banyak orang mencintai keindahan batik mulai dari warna, motif dan bahan. Namun di belakang keindahan batik ternyata ada tangan terampil yang menciptakan batik menjadi sebuah kain yang indah dan layak pakai.

Melestarikan Batik Tulis Batang, Sebuah Warisan Budaya yang Terancam Punah

Kerja keras para pembatik, khususnya untuk batik tulis seringkali kurang diapresiasi oleh banyak orang. Seperti yang dialami Anita, seorang pembatik asal Pekalongan yang telah merantau di Jakarta.

Anita yang bekerja untuk salah satu department store di Jakarta ini mengaku bahwa dia sering menerima orderan untuk membuat batik tulis bagi kalangan turis mancanegara. Batik tersebut dibuat sesuai keinginan pelanggannya.

Ada Destinasi Eduwisata Baru, Gemes! Bisa Dilatih Langsung Sama Pembatik Cilik

"Iya saya di luar menjadi pegawai di Pasaraya, juga sering terima orderan membuat beberapa kain batik tulis buat para turis untuk oleh-oleh. Motifnya terkadang bisa request atau dibebaskan," ujar Anita kepada VIVA.co.id saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Senin, 2 Oktober 2017.

Dia menuturkan bahwa satu helai kain batik yang dibuat memiliki ukuran 1 meter x 60 sentimeter dengan menghabiskan waktu sekitar 3-4 hari. Untuk harganya, dia membanderol sekitar Rp300 ribuan.

Inspiratif, Kisah Christian Saputra, Membangun Bisnis Batik dari Nol hingga Capai Omzet Ratusan Juta

Keuntungan yang didapatkan sangat tidak seberapa dibandingkan dengan retail yang mengambil barang pada perajin batik. Bila dihitung, Anita hanya mendapatkan untung sekitar Rp100 ribu termasuk upah waktu dan tenaga saat dia membatik.

Meski tak sebanding dengan proses dan tenaga yang dikeluarkan, namun Anita tak mempermasalahkan hal itu. Bagi wanita berusia 34 tahun ini, bila pelanggan merasa puas maka dia pun senang dengan apa yang telah dikerjakan.  

Tidak hanya itu, di luar pekerjaannya, Anita kerap menjadi pengajar bagi para turis yang ingin belajar membatik. Anita yang telah membatik sejak usia 15 tahun ini mengaku belajar membatik dari sang ibu yang juga menjadi pembatik di Pekalongan.

Adapun kesulitan yang sering ditemuinya saat membatik adalah sering mendapatkan malam atau lilin yang tidak sesuai dengan pola atau berantakan. Bila merasa lelah maka Anita pun tidak akan istirahat dan akan melanjutkan setelah siap.

"Ada kesulitan di awal saat membatik seperti beleber malamnya. Untuk itu, butuh ketekunan dan kalau saya mengantuk, berhenti dahulu, jangan dilanjut," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya