Cerita Sekolah Bilik Bambu Anak-anak Pedalaman Sumba

Murid-murid SDN Wee Tame, Lolowano, Tanah Righu, Sumba Barat, NTT.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bimo Aria Fundrika

VIVA.co.id – Sebelum 2013, hampir setiap harinya, murid-murid Sekolah Dasar Negeri Mata Wee Tame, Lolowano, Tanah Righu, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur, sedikitnya mesti menempuh jarak tiga kilometer untuk bisa mengenyam pendidikan di sekolah induk. 

Belajar dari Manusia Rp2.000 Triliun Jensen Huang: Filosofi Hidup Tukang Kebun yang Bikin ‘Kaya Raya’

Beruntung, mulai dari 1 November 2013, mereka bisa mengakses sekolah yang lebih dekat di sekolah paralel yang jaraknya kurang lebih satu kilometer dari tempat tinggal mereka. Tetapi, jangan harap bahwa kondisi sekolah itu lebih baik dari sekolah induknya. 

Tidak ada tembok batu, papan tulis yang layak, terlebih ubin-ubin mengkilap layaknya di kota-kota besar. Kondisi sekolah paralel yang menempati lahan hasil swadaya masyarakat sekitar, sangat jauh dari kata layak, jika dibandingkan dengan sekolah di kota besar pada umumnya. 

Cara PNM Dorong Pemberdayaan Ekonomi Gen Z

Sekolah ini hanya berupa bilik bambu, beratap jerami dan beralaskan tanah. Belum lagi, kondisi bilik bambu yang pada bagian tertentu juga bolong.

"Kalau musim hujan sekolahnya kadang banjir. Anak terpaksa berdiam saja di rumah, karena mau bersekolah sama saja kondisinya, karena mereka basah juga, tidak bisa efektif belajarnya," ucap Kepala Sekolah Paralel SD Negeri Mata We Tame, Enos Mandenas, kepada VIVA.co.id di Sumba, NTT, saat memberikan bantuan dari KFC Indonesia dan 1.000 Guru baru-baru ini.

Dulunya Tukang Cuci Piring, Pengusaha Ini Kini Punya Harta Rp1.900 Triliun

Ruang kelas SDN Wee Tame, Lolowano, Tanah Righu, Sumba Barat, NTT.

Kondisi demikian, tak lantas menyurutkan semangat para siswa dalam menuntut ilmu. Tak peduli meski hanya memakai sandal, atau bahkan tanpa alas kaki sekalipun, pada hari-hari biasa, anak-anak ini terlihat begitu antusiasme ketika komunitas 1000 Guru datang untuk berbagi pengetahuan. 

"Aku ingin jadi dokter, supaya bisa mengobati orang-orang," ungkap Oce, salah satu siswa kelas 2. 

Teriknya panas matahari bahkan tidak menyurutkan semangat anak-anak mengikuti program tersebut. Tidak hanya berbagi pengetahuan, dalam kunjungannya, KFC Indonesia juga memberikan donasi dari donasi konsumen dan dana kegiatan sosial. 

Murid-murid SDN Wee Tame, Lolowano, Tanah Righu, Sumba Barat, NTT.

Dana tersebut untuk membantu pengentasan tuna aksara, penyediaan makanan bergizi bagi anak pedalaman Indonesia, dan pelatihan peningkatan kompetensi guru. Selain itu, akan dibangun Smart Center Project di 35 sekolah dasar di Indonesia, dan pembangunan satu ruang kelas, serta sarana air bersih di SDN Mata We Tame.

"Pendidikan merupakan salah satu fokus kami, karena itu kami berkomitmen untuk melanjutkan dukungan kepada SmArt Center Project yang dijalankan Komunitas 1000 guru," ujar Hendra Yuniarto, General Manager Marketing KFC Indonesia ditemui di kesempatan yang sama. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya