Inovasi Daur Ulang Sampah Plastik Jadi Bahan Dasar Garmen

Ilustrasi botol plastik
Sumber :
  • Pixabay/techmania

VIVA.co.id – Sampah di laut hingga kini masih menjadi persoalan yang belum bisa dipecahkan sepenuhnya. Perlu berbagai terobosan untuk dikembangkan di masa depan. 

Krisis Iklim Mendesak, Intip 8 Pendekatan Keberlanjutan Langkah Membumi Festival 2024

Deputi Bidang Kedaulatan Maritim Kementerian Koordinator Maritim, Arif Havas Oegroseno menjelaskan, permasalahan sampah di laut tak bisa diselesaikan hanya dengan satu model. Ia menjelaskan, data tahun 2014 menyebut sampah di laut seluruh dunia mencapai sekitar 269 ribu ton.

Sampah sebanyak itu tersebar di lima lokasi yang menjadi tempat kumpulan sampah terbesar dunia. Dua di antaranya yang paling besar yakni Samudera Pasifik dan Samudera India yang mengapit Indonesia.

Ketika Sampah Plastik Disulap Jadi Bangku Sekolah

"Pergerakan alur dari arus dua samudera yang selalu bergerak itu melewati lautan Indonesia menjadi tantangan bagi kita untuk menyelesaikan sampah, baik sampah dalam negeri maupun yang datang dari kawasan," papar Arif di sela penandatanganan kerja sama proyek Bottle2Fashion antara Danone Aqua dan kantor produksi apparel H&M yang dikemas dalam Alliance for Marine Plastic Solutions Forum (AMPS) di Hotel Padma, Kuta, Selasa sore 5 September 2017.

Ia melanjutkan, dua dari lima lokasi sampah plastik itu datangnya dari Asia Selatan. Hal ini tentu menjadi tantangan tak hanya bagi Indonesia, namun juga regional bahkan global. Data dari Badan Pusat Statistik menyebut konsumsi sampah saat ini mencapai sekitar 4,5 juta ton per tahun.

Cantik Tanpa Merusak Bumi: 5 Tips Mengelola Sampah Produk Kecantikan

"Berapa yang bocor ke sungai atau tempat lain masih dalam penelitian," katanya.

Tak hanya berkutat pada soal jumlah, keberadaan sampah itu juga membawa dampak signifikan bagi industri pariwisata, lingkungan, dan kesehatan. "Inisiatif yang dilakukan melalui AMPS dengan mengolah kembali sampah kemasan plastik menjadi produk fashion bagian dari mengurangi sampah serta memberi nilai tambah melalui rantai ekonomi," tuturnya.

Presiden Direktur Danone Aqua, Corinne Tap, mengatakan, apa yang dilakukan perusahaan saat ini merupakan bentuk kontribusi swasta di sektor privat dalam mengurangi timbunan sampah di laut. Ada beberapa hal yang dilakukan, antara lain melalui pengumpulan botol sampah plastik yang berpotensi mencemari lautan dan juga yang terkait dengan investasi dan teknologi. 

"Inisiatif seperti ini kita lakukan dari Indonesia untuk Indonesia. Kenapa demikian, karena proses produksi dilakukan di Indonesia dan sampah plastiknya juga diambil dari Indonesia. Kita berharap produknya bisa digunakan di Indonesia dan bisa diekspor ke mancanegara," kata Corinne didampingi Country Manager Production H&M Indonesia, Jessica Vilhelmsson.

Sustainability Program Manager H&M Indonesia, Anya Sapphira menambahkan, penggunaan produk berbahan dasar polyester bukanlah hal yang baru. Hanya bedanya, perusahaan menggunakan sampah plastik yang didaur ulang sebagai bahan dasar garmen untuk membuat kaus kaki dan sarung tangan. 

"Kenapa kita mulai dengan sarung tangan dan kaus kaki, karena memang kita mau uji coba dulu dengan kandungan polyesternya sedikit dulu, sebelum masuk ke industri yang lebih besar lagi. Tetapi misi besar kita ialah bagaimana utilitasi sampah-sampah tersebut hingga bermanfaat bagi end user," tutur Anya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya