Ratusan Ekor Ayam Ingkung Ramaikan Upacara Cing-cing Goling
- VIVA.co.id/Daru Waskita
VIVA.co.id – Tradisi upacara Cing-cing Goling yang sudah berlangsung ratusan tahun kembali digelar oleh masyarakat di Desa Gedangrejo Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.
Upacara Cing-cing Goling yang merupakan ungkapan syukur atas panen yang berlimpah ini ditandai dengan ratusan ayam kampung yang disembelih kemudian dimasak menjadi ayam ingkung.
"Ada sekitar 600 ekor ayam disembelih, dimasak menjadi ayam ingkung untuk kegiatan ritual Cing-cing Goling," kata Murseno tokoh masyarakat Desa Gedangrejo di Yogyakarta, Kamis, 3 Agustus 2017.
Ayam ingkung kemudian dibawa warga ke bendungan yang konon dibangun saat masa Majapahit, lalu didoakan oleh pemangku adat desa setempat. Setelah itu, ayam ingkung bersama nasi gurih dan lauk yang lain dibagikan pada para pengunjung yang hadir dalam acara ritual yang dilaksanakan di dekat bendungan Kali Dawe desa setempat itu.
"Semua yang hadir akan dibagikan nasi beserta lauknya,” ucap Murseno.
Menurutnya, makanan yang dikirim ke bendungan tersebut tidak boleh dicicipi terlebih dahulu. Selain itu pantang membawa tempe yang terbuat dari kedelai. Tak jelas apa alasannya.
Ia juga mengatakan bahwa upacara ini digelar bukan hanya sebagai bentuk ungkapan rasa syukur pada Tuhan, tetapi sebagai upaya untuk melestarikan kebudayaan yang selama ini dipercaya oleh warga setempat.
"Sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan atas Panen yang berlimpah," ujarnya.
Setelah kenduri, salah satu agenda dari upacara ini adalah pertunjukan yang menceritakan tentang keberhasilan pelarian prajurit Majapahit, Wisangsanjaya dan Yudopati, yang berhasil membuat sungai dan bendungan sehingga bisa mengairi lahan pertanian menjadi sawah dan membuat warga setempat menjadi semakin sejahtera.
Konon, hanya dengan senjata dalam bentuk tongkat dan cambuk dan cemethi yang digoreskan pada tanah sambil berjalan, bekas goresan itu berubah menjadi sungai dengan air yang mengucur deras.
Ada pula adegan yang menceritakan pelarian prajurit Majapahit yang sudah bersatu dengan warga setempat, dalam mengusir penjahat di antaranya perampok. Pada adegan ini, puluhan orang berlarian menginjak-injak tanaman pertanian milik warga setempat di lahan di sekitar bendungan, untuk mengusir gerombolan penjahat.
Meskipun tanaman diinjak-injak, tetapi petani setempat tidak marah tetapi justru berharap tanaman tersebut akan semakin tumbuh subur.
"Warga di sini percaya jika tanaman yang dinjak-injak tidak akan mati, malah panen berikutnya akan menjadi subur," kata Murseno.
Setelah selesai upacara, seluruh peserta kenduri membawa pulang makanan yang terdiri dari ayam, sayur dan nasi menggunakan wadah yang terbuat dari anyaman bambu. Mereka berharap supaya panen tahun depan dapat lebih melimpah lagi.