Performance Art Body Out, Berkomunikasi Tanpa Tubuh
- VIVA.Co.id/Rintan Puspitasari
VIVA.co.id – Banyak orang sering salah kaprah menyamakan performing art dengan performance art. Istilah performance art dan performing art seringkali menjadi kabur batasan dan wilayah pemahamannya.
Performance art dalam bahasa Indonesia berarti seni performa, sedangkan performing art berarti seni pertunjukan. Presentasi seni performa acara ini adalah tubuh.
Tubuh-tubuh seni performa telah sekian lama dikuasai oleh tradisi seni pertunjukan karena situasi sejarah. Kini, dalam konteks seni kontemporer, bentukan seni performa telah merembes ke dalam disiplin seni yang lain, bahkan yang bukan termasuk disiplin seni seperti ilmu pengetahuan dan keseharian.
Dan untuk kedua kalinya, Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) melalui program Performance Art Sharing (PAS) di tahun ini menggelar performance art bertajuk Body Out, yang memberi kesempatan kepada kurator untuk mendefinisi ulang apa itu performance art atau seni performa.
Berbeda dengan tahun sebelumnya yang mengangkat tema Menatap Bahasa, melalui tema Body Out, penonton tidak akan lagi menemukan ketelanjangan atau penampilan harfiah seni tubuh puitik seperti yang biasa disuguhkan pada karya-karya seni performa tahun 90 hingga 2000-an di Indonesia.
Penonton akan menemukan karya-karya yang justru sudah melepaskan diri dari tradisi seni performa (Barat) masa lampau, yaitu keinginan untuk menampilkan tubuhnya sendiri sebagai pusat pemaknaan. Dalam pameran yang digelar di Taman Ismail Marzuki, ada sembilan seniman dari berbagai daerah, yang dengan cerdas memanfaatkan 'tubuh-tubuh' lain sebagai perpanjangan tubuh personalnya sebagai satu kesatuan karya.
Kesembilan seniman tersebut, yakni Abi Rama, Fausal Rahman Ursalim, Rega Ayundya dari Jakarta, Angga Wedhaswara, Dea Widya, Nia Gautama, Riar Rizaldi, Theo Frids Hutabarat dari Bandung, Cynthia Delaney Suwito dari Singapura, yang sebagian besar catatan perjalanan karier mereka tidak berangkat dari kesadaran khusus menjadi seniman performa.
"Seniman yang saya undang kali ini justru yang latar belakangnya bukan dari seni performance. Ada dari interior, arsitek, pertanian. Jadi saya men-challenge," kata Fransisca Retno, kurator Performance Art Body Out di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat.
Sedangkan Dea Widya yang seorang seniman instalasi, turut menghias paving block di depan Galeri Cipta III TIM dengan uang koin. Aksinya ini ternyata cukup menarik tanya banyak orang yang berada di TIM.
"Pengen kasih tahu saja, uang koin tidak hanya sebagai uang tapi juga bisa sebagai elemen desain. Tapi yang terjadi aneh-aneh, banyak orang melihat ini sebagai estetik ada juga yang melihat ini sebagai, 'wah ada uang kapan bisa diambil,' 'kapan selesai aku yang bersihin deh,'" ujarnya.
Penasaran karya apalagi yang akan dipamerkan dan menyentil kehidupan masyarakat Jakarta yang kerap dianggap kewajaran, Performance Art Body'Out akan digelar mulai 6 hingga 8 Juli 2017 di Galeri Cipta III Taman Ismail Marzuki.